Saat ini kita memasuki era society 5.0, dimana kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari teknologi informasi. Internet menjadi kebutuhan vital dalam kehidupan manusia. Dengan berkembangnya internet dan teknologi informasi, manusia dimudahkan untuk berkomunikasi, mencari informasi, dan bertransaksi. Tanpa internet, kehidupan manusia menjadi hampa.
Terlebih saat wabah Covid-19 masih menghantui umat manusia, kehidupan manusia semakin tidak dapat dilepaskan dari kehadiran internet dan teknologi. Segala aktifitas manusia dipindahkan ke rumah, mulai dari Work from Home hingga Learn from Home. Saat manusia dibatasi pergerakannya, internet menjadi sebuah oasis ditengah gurun pasir. Internet menjadi peruntuh dinding yang membatasi manusia dengan dunia luar. Hingga saat ini, saat keadaan sudah berangsur membaik, kebiasaan itu masih berlanjut.
Dalam dunia Pendidikan, berkembangnya internet menjadikan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja. Siswa dituntut untuk bisa menjadi autonomous learners, dimana siswa dapat menjadi pribadi yang mandiri dalam proses mencari ilmu pengetahuan. Ruang kelas pun bisa dimana saja. Hadirnya flipped classroom tidak lagi menjadi sesuatu yang baru di dunia Pendidikan. Pembelajaran dari rumah menuntut semua siswa untuk dapat mengakses internet dan berbagai platform pembelajaran agar tidak tertinggal dalam mencari ilmu pengetahuan.
Untungnya, generasi saat ini adalah generasi Z. Generasi yang disebut juga sebagai digital native, yaitu mereka yang lahir dan berkembang di era digital. Mengakses informasi dan penggunaan media digital bukan hal yang sulit bagi mereka. Merekapun lebih menyukai pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi dibandingkan pembelajaran berbasis pencil and paper. Fenomena ini mendorong guru untuk bertransformasi menjadi guru yang inovatif dan kreatif.
Peran guru bukan lagi menjadi satu-satunya the source of knowledge, tetapi menjadi fasilitator and motivator in learning. Namun hal ini bukan berarti siswa dibebaskan untuk mencari ilmu dari internet begitu saja, guru haruslah tetap membantu mereka untuk memilah-milih informasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakter bangsa. Guru tetap menjadi 'penyaring' informasi dan pendukung utama siswa dalam mengumpulkan informasi dan mengolahnya menjadi ilmu pengetahuan. Hal ini sejalan dengan prinsip Ki Hajar Dewantara, 'Tut Wuri Handayani'.
Berbicara tentang pembelajaran dan teknologi, kedua hal ini pun tak dapat dipisahkan. Guru dituntut mampu untuk mengintergrasikan TPACK dalam pembelajaran. Banyak platform pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengembangakn materi dan media pembelajaran, seperti Quizziz, Kahoot! Canva, Padlet, Google workspace dan lain sebagainya. Dengan hadirnya berbagai platform pembelajaran yang inovatif, guru hanya perlu berkreasi dalam mengembangkan bahan ajar dan menyesuaikannya dengan karakteristik siswa.
Dalam pengajaran Bahasa Inggris, optimalisasi pembelajaran terintegrasi TPACK sangat diperlukan. Pembelajaran Bahasa Inggris yang masih dianggap sulit bagi Sebagian siswa, khususnya di daerah, perlu melibatkan media pembelajaran yang inovatif, namun tetap disesuaikan dengan konteks kehidupan mereka. Pengembangan media interaktif berbasis Canva contohnya, memudahkan siswa untuk mempelajari materi dengan menyenangkan. Pengembangan media ajar harus disesuaikan dengan karakteristik siswa: gaya belajar serta minat siswa, dan Canva memudahkan guru untuk mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai gaya belajar serta minat siswa. Selain itu, aplikasi Canva juga bisa dimanfaatkan sebagai media dimana siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam menyampaikan pemahaman mereka terhadap materi yang telah dipelajari.
Optimalisasi pembelajaran dengan integrasi TPACK merupakan sesuatu yang diharapkan diberlakukan oleh para guru milenial. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran akan memudahkan guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Selain itu, pembelajaran bisa menjadi lebih menyenangkan dan interaktif. Siswa akan lebih tertarik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru perlu mengupgrade diri dengan informasi dan pengetahuan terkait pembelajaran berbasis TPACK, guna menghadirkan pembelajaran bermakna bagi para siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H