Tgl 20 Mei 1908 sebenarnya merupakan tanggal berdirinya sebuah organisasi Boedi Oetomo , Organisasi kepemudaan Pertama yang bergerak dibidang pendidikan dan sosial serta menggalang kerjasama antar pemuda Jawa dan Madura untuk kemajuan tanah Jawa/Madura. Terlepas dari anggapan Boedi Oetomo sebagai Organisasi lokal kedaerahan dan organisasi kalangan priyayi , namun telah memberikan kesadaran pada pemuda-pemuda saat itu pentingnya semangat Persatuan , kesatuan dan nasionalisme sehingga terjadinya ikrar Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 sebagai awal kebangkitan Nasional .
Secara legal, pengakuan tgl 20 Mei sebagai hari kebangkitan Nasional, tidak terlepas dari inisiatif Bung Karno th 1948. Pada saat itu banyak terjadi perpecahan partai politik bahkan terjadi juga dikalangan tentara Nasional, padahal Indonesia sedang menghadapi agresi militer Ke-2 oleh Belanda. Agar semangat Persatuan dan Kesatuan timbul kembali dan bisa bersama-sama kembali menghadapi penjajah kolonial Belanda, Bung Karno mencetuskan Hari Kebangkitan Nasional tgl 20 Mei.
Setelah 108 th berlalu dan 71 th Indonesia telah Merdeka dari penjajahan Belanda, Para pelaku sejarah sudah tidak ada lagi, generasi Indonesia sudah berubah dan Kemajuan teknologi sudah sangat mempengaruhi kehidupan , bagaimana harus memaknai sebuah kebangkitan bangsa atau Nasionalisme .
Generasi sekarang tidak lagi melihat Belanda sebagai musuh, mereka melihat Belanda sebagai negara yang hebat dalam pengelolaan negaranya, Negara yang berhasil membangun bendungan raksasa untuk menahan air laut , Negara yang hebat dalam bidang olah raga sepakbola (Juara Dunia 3 kali ). Siapa yang tidak kenal Johan Cruyff, Marco Van Basten dan Rud Gullit dan Bahkan banyak orang Indonesia yang menjadi supporter Belanda saat Kejuaraan Dunia. Generasi sekarang hanya melihat bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 th hanyalah masa lalu dalam buku sejarah. Seperti dalam kasus yang terjadi baru-baru ini, seorang pemuda selfie diatas kepala patung pahlawan Nasional.
Menurut Penulis, Kebangkitan Nasional saat ini harus dipandang sebagai kebangkitan bangsa untuk kemajuan bersama dan menjadi bangsa yang hebat di tengah persaingan Global. Seperti yang dikatakan oleh Presiden Jokowi dalam Munas PDI-P di jakarta, Bahwa dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) Kita tidak perlu takut karena Negara-negara yang tergabung dalam MEA juga takut terhadap Kita (Bangsa Indonesia ).
Kebangkitan Nasional harus memberikan kesadaran kepada generasi sekarang bahwa Bangsa Indonesia harus mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Jangan hanya menjadi penonton ditengah persaingan global, tetapi juga menjadi pemain. Untuk mewujudkan itu, negara harus mengkondisikan agar rakyat Indonesia mampu bersaing .
Pandangan yang selama ini keliru adalah sering hanya melihat hasil, tetapi tidak melihat proses . Penulis contohkan : Dalam sebuah Ujian Nasional SMP atau SMA kadang terjadi kejutan , nilai tertinggi Unas dicapai oleh seorang siswa dari sebuah pelosok desa . Siswa yang selama ini tidak pernah mengikuti pelatihan –pelatihan intensif seperti halnya siswa yang berada di perkotaan. Penulis tidak menafikkan bahwa siswa tersebut memang cerdas luar biasa yang selama ini belum terlihat. Tapi bagi penulis, bukan sebagai kebanggaan bagi daerahnya, karena siswa tersebut memang punya talenta dan dikarunia kepandaian dan kecerdasan, bukan atas usaha dari daerah tersebut, apalagi hasil unas di daerahnya rata-rata saja.
Seperti dalam Kasus Rio Haryanto, Pembalap Indonesia yang berhasil mengikuti Balap Mobil F1, dan satu-satunya pembalap Asia yang berhasil masuk dalam ajang dunia mobil balap F1. Padahal bagi Rakyat Indonesia masih banyak yang asing dengan ajang balap mobil jet darat tersebut. Di Indonesia pun tidak ada sirkuit yang layak untuk menjadi ajang balap sekelas F1, lalu bagaimana latihannya. Banyak para pejabat di Indonesia yang membanggakan keikut sertaanya Rio , bahkan sampai kebablasan, untuk memasukkan dana keikutsertaan Rio dalam APBN untuk menalangi kekurangannya sebesar 125 Milyar dari total 225 Milyar. Padahal Pon ke XV1 (Jabar ) th 2016, Gubernur Jawa barat mengatakan masih kekurangan dana. Rio Haryanto memang orang Indonesia, boleh berbangga, namun siapkah Indonesia untuk memberikan pelatihan F1 di Indonesia. Apa hasilnya bila tanpa pelatihan yang memadai dan hanya mengandalkan tekad besar serta rasa bangga diri dan mungkin rasa nasionalisme , Rio haryanto selalu di pole position paling belakang atau paing buncit , maximal urutan 2 dari belakang.
Berbeda kasus, misalnya Bulutangkis , Indonesia memiliki pusat pelatihan Nasional dan beberapa perusahaan besar juga mempunyai pusat pelatihan, seperti misalnya Jarum Kudus, Bimantara dan klub-klub bulutangkis yang melahirkan bintang-bintang Nasional dan Internasional. Para Pemain dituntut untuk berlatih terus menerus, Sehingga kemenangan mereka diajang kejuaraan juga mencerminkan kemenangan seluruh Rakyat Indonesia dan membuktikan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang unggul.
Bukan saatnya bangsa Indonesia hanya menunggu keajaiban , seperti contoh diatas, munculnya siswa cerdas atau Rio Haryanto, bangsa Indonesia harus selalu berusaha menciptakan dan selalu menciptakan sesuatu yang hebat ( seperti didalam olah raga, latihan terus menerus ) Itu namanya Kebangkitan Bangsa.