MUNGKIN tak sedikit yang beranggapan bahwa lahirnya Partai Demokrat adalah gagasan dan ide Presiden ke-6 Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal ini tentu merujuk pada perkembangan politik internal partai berlambang mercy itu, dimana Keluarga Besar Cikeas seolah merasa punya hak lebih besar dibanding dengan kader atau petinggi partai lainnya.
Indikasi bahwa Keluarga Besar Cikeas sebagai pemilik partai tergambar dari begitu mudahnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meneruskan estafet kepemimpinan SBY menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada tahun 2020 lalu. Padahal, sebagaimana diketahui AHY bukanlah siapa-siapa di partai yang didirikan pada September 2001 tersebut. AHY hanya seorang anak kemarin sore yang tidak memiliki pengalaman luas soal berpolitik.
Bila boleh dibandingkan, AHY jelas masih kalah pengalaman oleh Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas. Adik kandung AHY ini merangkak dari bawah. Dia mengikuti alur dan jenjang karier organisasi partai.
Tapi, entah bagaimana caranya, AHY tiba-tiba saja terbang tinggi ke atas awan. Tanpa melalui proses berkepanjangan atau jenjang karir di partai politik, mantan tentara ini didaulat menjadi Ketua Umum Partai Demokrat secara aklamasi. Meminjam istilah Jhoni Allen Marbun, AHY langsung saja berada di puncak gunung tanpa melalui proses pendakian.
Pada awal-awal AHY menahkodai Partai Demokrat, mungkin saja publik tidak paham. Mereka beranggapan hal lumrah bila SBY "mewariskan" Partai mercy pada putra sulungnya itu.
Namun, seiring perjalanan waktu, terutama saat isu kudeta mencuat, sedikit demi sedikit tabir mulai terbuka. Ternyata, Partai Demokrat bukan milik seutuhnya Keluarga Besar Cikeas. Partai Demokrat adalah partai terbuka dan siapapun kader atau pihak luar yang mampu dan sejalan dengan visi misi partai bisa menjadi ketua umumnya.
Bahkan, berdasarkan beberapa pengakuan petinggi partai, salah satunya dari Jhoni Allen Marbun, yang berseliweran di pemberitaan media massa, SBY sama sekali bukan pendiri Partai Demokrat. Nama SBY baru bergabung ketika telah keluar dari Kabinet Gotong Royong Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2003.
Seperti diketahui, Partai Demokrat berdiri pada tanggal 9 September 2001, dan yang menjadi Ketum pertama partai adalah Subur Budhi santoso hingga tahun 2005. Kemudian dilanjutkan oleh Hadi Utomo dari tahun 2005-2010. Dari Hadi Utomo, estafet kepemimpinan beralih ke tangan Anas Urbaningrum.
Perjalanan Anas menahkodai partai tidak berlangsung mulus karena terjerat kasus korupsi mega proyek hambalang. Anas lengser pada tahun 2013 melalui proses Kongres Luar Biasa (KLB). Dari sinilah awal perjalanan sejarah Partai Demokrat hingga akhirnya seolah diklaim menjadi milik Keluarga Besar Cikeas.
Diketahui, pada KLB yang diselenggarakan di Bali pada Maret 2013, SBY terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat secara aklamasi. Wajar, saat itu pengaruh SBY sangat besar karena masih menjabat sebagai Presiden RI.
Namun, terpilihnya SBY bukan semata-mata karena alasan sebagai presiden, melainkan dipenuhi oleh segala trik, intrik dan inkonsistensi politik, hingga akhirnya mampu menguasai dapur Partai Demokrat sepenuhnya. Paling tidak hal tersebut dilontarkan oleh beberapa mantan petinggi yang kecewa atas apa yang terjadi hari ini.