KOALISI Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) langsung menggegerkan jagat politik tanah air, sejak dideklarasikan pada bulan Agustus 2020 lalu. Betapa tidak, anggota yang tergabung dalam organisasi ini bukan orang-orang sembarangan.
Tengok saja di daftar nama penggagas ada nama-nama yang selama ini malang melintang mewarnai aneka peristiwa di tanah air. Terutama terkait hukum dan politik. Misal, Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Rocky Gerung, Said Didu, Rachmawati Soekarnoputri, Rizal Ramli, Sobri Lubis, Ichsanudin Noorsy, hingga Amien Rais yang bergabung paling buncit.
Sepak terjang dan rekam jejak para tokoh-tokoh di atas jelas menjadi tantangan sendiri bagi pemerintahan Jokowi. Pasalnya, mereka adalah barisan oposisi yang selama ini kerap menyerang atau mengkritisi pemerintah.
Siapa tak kenal Rocky Gerung? Satu orang ini saja bila sudah melontarkan narasi kritiknya kadang mampu membuat pemerintah limbung. Tak bisa dibayangkan bagaimana kuatnya oposisi jalanan ini bila telah bergabung dalam satu wadah. Kritikan-kritikan mereka bisa jadi jauh lebih dahsyat dan lebih teroganisir.
Itulah salah satu alasan, deklarasi KAMI langsung bisa membuat geger pemerintah. Belum lagi, muncul nama Gatot Nurmantyo yang digadang-gadang bakal dicalonkan maju Pilpres 2024 oleh kelompok ini. Segala upaya langsung mereka lakukan demi menjadikan mantan Panglima TNI tersebut bisa menjadi kandidat yang layak dipinang partai politik.
Sebut saja, Gatot diangkat sebagai presidium KAMI. Tidak hanya itu, pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 ini diberi panggung khusus dengan cara mengunjungi berbagai daerah untuk mendeklarasikan KAMI di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Maksudnya sudah bisa ditebak, nama Gatot lebih dikenal di kalangan masyarakat bawah.
Saat nama KAMI sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan publik, tiba-tiba saja aktivitasnya bak hilang ditelan bumi. Pemantiknya adalah kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, setelah tiga tahun lebih menetap di Arab Saudi.
Setibanya di tanah air, Habib Rizieq dan FPI langsung mendominasi konstelasi politik tanah air. Media massa pun mendapat bahan berita baru. Melupakan KAMI begitu saja. Artinya, kelompok Islam kanan ini jauh lebih seksi menjadi bahan berita dan sorotan kamera dibanding Gatot Nurmantyo dan kawan-kawan.
Namun, rupanya arah angin berubah. Habib Rizieq dan FPI yang begitu dominan dan mampu meresahkan pemerintahan Jokowi, harus menelan pil pahit. Pentolan FPI itu ditahan Polda Metro Jaya. Dia dijerat pasal 160 KUHP tentang penghasutan.
Belum lagi, kasus lama soal chat mesumnya dengan Firza Husein sepertinya bakal diungkap kembali, menyusul dicabutnya Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3).
Nasib malang tak sampai disitu saja. FPI yang telah berdiri sejak 17 Agustus 1998 ini akhirnya dibubarkan pemerintah, melalui SKB enam menteri pada penghujung tahun 2020 lalu.