DALAM beberapa waktu terakhir banyak hal yang terjadi di tanah air. Menariknya, semua itu hampir selalu dikaitkan dengan politik. Wajar, tahun ini adalah tahun politik. Dan, meski masih cukup lama, isu terkait Pilpres 2024 pun sudah mulai menghangat.
Bicara Pilpres 2024, ada salah seorang kandidat yang sejauh ini digadang-gadang salah seorang kandidat kuat dan diprediksi bakal mampu menyulitkan lawan-lawannya. Dia adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Diperhitungkannya Anies Baswedan bukan tanpa alasan. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan disebut-sebut bakal menjadi pengganti sepadan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai sosok yang dijagokan oleh pihak oposisi.
Sejauh ini memang ada beberapa nama yang bakal memanfaatkan kekuatan oposisi. Namun, nama Anies sepertinya masih menjadi yang terdepan. Karena popularitas dan elektabilitasnya jauh meninggalkan pesaing lain. Sebut saja, Gatot Nurmantyo.
Tengok saja hasil beberapa lembaga survei. Anies tidak pernah keluar dari kelompok lima besar sebagai peraih angka elektabilitas tertinggi. Dia bersaing ketat dengan Prabowo, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.
Tidak mengherankan bila Anies selalu mampu mendulang angka elektabilitas tinggi. Sebab, statusnya sebagai gubernur ibu kota negara memudahkan Anies untuk membangun pencitraan. Karena, dia hampir tak lepas dari sorotan media massa. Bahkan, untuk hal satu ini, media darling dirinya bisa mengimbangi jabatan presiden sekalipun.
Gerak-geriknya yang kerap menjadi sorotan media massa ini menjadikan popularitas Anies tetap terjaga. Demikian juga dengan tingkat kepercayaan publik.
Namun, perjalanan waktu terus berubah. Akhir-akhir ini tak sedikit pihak yang menduga, langkah Anies menuju kontestasi kepemimpinan nasional lumayan terganggu, bahkan sangat mengancam nasib politik dia. Setidaknya ada dua alasan. Yakni, Tri Rismaharini dan bubarnya organisasi Front Pembela Islam (FPI).
Tri Rismaharini
Sejak dilantik menjadi Menteri sosial (Mensos), Tri Rismaharini langsung bergerak cepat menyusun program kerja. Salah satu upaya melengkapi program kerjanya itu adalah blusukan ke beberapa wilayah di Kota Jakarta.
Risma---nama kecil Tri Rismaharini tak segan menyisir wilayah kumuh dan menemui masyarakat kecil di sana. Kemudian menampung aspirasi dan langsung mempersiapkan solusinya.