PENANTIAN cukup panjang soal perombakan kabinet atau reshuffle, terjawab sudah. Rencananya, Rabu (23/12) Presiden Jokowi akan melantik enam menteri baru untuk duduk di kabinetnya.
Enam menteri baru tersebut adalah Tri Rismaharini sebagai Mensos, Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menkes, Yaqut Kholil Kaumas sebagai Menteri Agama, Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri KKP, dan Muhammad Luthfi diangkat menjadi Menteri Perdagangan.
Meski reshuffle kabinet tersebut tidak akan memuaskan semua fihak, lantaran masih ada beberapa kementrian lain yang juga dianggap layak untuk diganti, langkah Presiden Jokowi ini patut diapresiasi. Setidaknya, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut ada upaya untuk membenahi kementrian-kementrian yang dianggap lemah.
Kembali pada enam nama menteri baru yang akan dilantik Rabu (23/12) di Gedung Istana Negara, ada dua nama yang cukup menyedot perhatian publik. Mereka adalah Sandiaga Uno dan Tri Rismaharini.
Sandiaga Uno memang sudah santer terdengar bakal masuk dalam Kabinet Jokowi pasca mengundurkan dirinya Edhy Prabowo akibat terjerat kasus korupsi izin benih lobster. Jadi hal ini tidak begitu mengherankan.
Menariknya, masuknya Sandi---nama akrab Sandiaga Uno pada jajaran Kabinet Indonesia Maju (KIM) menjadikan rekonsiliasi nasional pasca Pilpres 2019 terasa lengkap.
Diketahui, selain Prabowo Subianto yang menjadi rival utama Jokowi pada ajang perebutan kursi kepemimpinan nasional.2019, ada nama Sandiaga Uno. Sandi, kala itu menjadi cawapres mendampingi mantan Danjen Kopasus tersebut.
Sedangkan Risma---nama kecil Tri Rismaharini menjadi pusat perhatian, lantaran dirinya bakal dihadapkan pada tanggungjawab cukup besar. Dia harus bisa membuktikan pada pemerintah dan masyarakat tanah air bisa bekerja lebih baik daripada pendahulunya.
Risma harus bisa membuktikan bahwa dirinya akan tetap bersih atau tidak terjebak pada pusaran kasus korupsi. Dengan kata lain, jabatan Mensos bagi Risma adalah test the water maha berat.
Hal menarik lain dari Risma dalam hipotesa sederhana penulis adalah terkait masalah politik internal PDI Perjuangan. diketahui, mantan Wali Kota Surabaya ini adalah kader partai banteng. Bahkan, dia tercatat sebagai Ketua DPP Bidang Kebudayaan.
Lalu, apa masalahnya? Mungkin diantara pembaca, ada yang penasaran, bukan?