BEBERAPA bulan lalu atau tepatnya sebelum pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS) kembali ke tanah air, nama Gatot Nurmantyo cukup menjadi pusat perhatian publik tanah air. Mantan Panglima TNI tersebut kerap menghiasi pemberitaan media arus utama tanah air dengan segala tingkah polahnya.
Berawal dari berdirinya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang digagas oleh Din Syamsuddin dan sejumlah tokoh nasional lainnya, nama Gatot yang sudah mulai meredup, dan mungkin sudah dilupakan masyarakat Indonesia kembali sedikit berkibar. Pemantiknya, yang bersangkutan digadang-gadang sebagai calon alternatif yang bakal diusung KAMI menuju kontestasi Pilpres 2024.
Usungan yang cukup wajar, mengingat Gatot pada Pilpres 2019 lalu sempat disebut-sebut bakal nyapres. Namun gagal, karena tidak ada satu partai politik pun yang tergiur meminangnya.
Seolah ingin mengamini niatnya yang sempat tertunda, Gatot pun tak tanggung ditempatkan sebagai Presidium KAMI. Dengan begitu banyak kesempatan berinteraksi dengan masyarakat. Karena, dengan posisi itu dia wara-wiri ke berbagai daerah guna mendeklarasikan organisasi anyar yang katanya bertujuan untuk menyelamatkan Indonesia tersebut.
Lepas dari aksi-aksinya yang dianggap tidak taat aturan karena kerap melanggar protokol kesehatan Covid-19 dalam setiap deklarasi KAMI di beberapa daerah, popularitas Gatot cukup terdongkrak. Diakui atau tidak, dia mampu menjadi media darling sekaligus news maker.
Setidaknya ada dua peristiwa yang menjadikan dia news maker. Pertama, saat dia menggaungkan kembali isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Mantan Panglima TNI itu mengaku telah mengendus adanya kebangkitan partai paham komunis itu dengan gaya baru sejak tahun 2008.
Terang saja pernyataannya tersebut memantik sorotan tajam dari berbagai pihak dan dianggap berlebihan. Gatot dinilai hanya ingin mencari sensasi dan popularitas semata.
Kedua, saat Gatot beradu mulut dengan Dandim Jakarta Selatan, Kolonel Inf Ucu Yustia. Kala itu Gatot bersama sejumlah purnawirawan TNI hendak berziarah dan menabur bunga ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta.
Peristiwa itu berujung ricuh, gara-gara Ucu mencoba mengingatkan Gatot cs soal protokol kesehatan yang melarang adanya kerumunan karena berpotensi terjadi penularan Covid-19. Gatot tak terima dan akhirnya berdebat dengan Ucu.
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, Gatot Nurmantyo memang telah mampu mendongkrak kembali popularitasnya. Panggung KAMI benar-benar mampu dimanfaatkannya dengan apik.
Namun, setelah itu nama Gatot Nurmantyo kembali tenggelam. Panggungnya mampu "dirampas" HRS.