Lihat ke Halaman Asli

AS Memanas dan Peluang Trump pada Pilpres 2020

Diperbarui: 2 Juni 2020   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Forbes.com

DALAM beberapa hari terakhir, Negara Amerika Serikat (AS) terus memanas. Negeri Paman Sam ini tengah dihadapkan dengan aksi demo besar-besaran warga masyarakatnya hingga menjurus ke penjarahan dan perusakan.

Hal tersebut di atas dipicu oleh terjadinya peristiwa pembunuhan oleh salah seorang aparat kepolisian Kota Minneapolis terhadap salah seorang warga kulit hitam yang bernama George Floyd.

Floyd menghembuskan nafas terakhirnya setelah mendapatkan penganiayaan denyan cara lehernya ditekan oleh lutut oknum polisi dimaksud.

Terang saja, kematian Floyd di tangan polisi ini pun memicu kemarahan publik, khususnya warga kulit hitam. Mereka turun ke jalan dan bentrok dengan polisi hingga akhirnya meluas ke hampir seluruh AS.

Bahkan tak hanya itu, mereka pun menjarah toko-toko dan membakarnya. Situasi ini membuat AS benar-benar mencekam dan memanas. Karena tidak hanya sebatas meminta keadilan atas meninggalnya Floyd, namun juga mendemo tentang masih adanya isu rasisme. Padahal, AS terkenal sebagai negara dengan tingkat demokrasi tinggi.

Bahkan yang turut turun ke jalan untuk menggelar aksi demo ini tidak hanya berlaku bagi masyarakat sipil biasa, beberapa publik figur pun tak ketinggalan. Sebut saja diantaranya adalah beberapa atlit bola basket Liga profesional Amerika Serikat (NBA). Seperti, Enes Kanter (Bolton Celtic) dan Lonzo Ball (New Orleans).

Hal ini boleh jadi menandakan bahwa peristiwa pembunuhan George Floyd dan isu rasisme di Negara yang dipimpin oleh Donald Trump ini adalah masalah yang sangat serius sehingga mendapatkan perhatian lebih dari para publik figur dimaksud.

Trump Perintahkan Halau Para Pendemo

Mungkin karena merasa para pendemo yang menuntut keadilan atas terbunuhnya George Floyd berikut demo isu rasisme ini akan membahayakan bagi kondusifitas keamanan negaranya, Presiden Trump pun dengan tegas memerintahkan aparat keamanan, dari pihak tentara dan kepolisian untuk menghalau demonstran.

Namun demikian, keputusan Trump ini kurang disetujui bahkan ditolak oleh para pejabat yang berada di bawahnya. Karena hal tersebut hanya akan lebih memperkeruh suasana dan berpotensi makin masifnya penyebaran virus corona di AS.

Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat sejauh ini adalah negara yang terkena dampak paling parah oleh ganasnya penyebaran pandemi covid-19. Tak kurang dari satu jiwa penduduknya terkomfirmasi positif oleh virus asal Wuhan, China tersebut, dengan kurang lebih 100 ribu diantaranya meninggal dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline