SEJAUH ini sudah lebih dari 200 negara di dunia terdampak virus corona atau covid-19. Hal tersebut membuktikan bahwa virus asal Wuhan, China ini merupakan virus yang memiliki kecepatan penyebaran sangat tinggi dan sulit untuk dibendung.
Oleh karena penyebarannya yang masif hingga menginfeksi manusia di ratusan negara, Badan kesehatan dunia (WHO) mendaulat virus corona sebagai pandemi pada 11 Maret 2019 lalu.
Sekitari 3,7 juta jiwa penduduk di dunia yang terkomfirmasi positif covid-19 hingga hari ini, Rabu (6/5/2020). Dari sejumlah kasus tersebut, 250 ribu lebih diantaranya meninggal dunia dan 1,2 juta lainnya telah dinyatakan sembuh.
Sementara negara yang paling parah terdampak oleh virus corona adalah Amerika Serikat.
Negara Paman Sam ini "menyumbang" hampir sepertiga kasus positif di dunia, yaitu sekitar 1, 2 juta jiwa dengan 65 ribu lebih jiwa diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Kemudian disusul oleh Spanyol, Italia, Jerman dan Prancis.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Sama halnya dengan negara-negara lain di dunia, Indonesia juga tak luput dari serangan pandemi virus corona.
Sejak kemunculan kasus pertama pada awal bulan Maret 2020, hingga hari ini Rabu, (6/5/2020). Menurut rilis data pemerintah, Jumlah kasus positif yang diumumkan langsung oleh Juru Bicara khusus penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mencapai 12.438 orang. Jumlah ini, 895 jiwa diantaranya meninggal dunia dan 2.317 pasien telah dinyatakan sembuh.
Tentu saja jumlah kasus positif tersebut di atas jauh lebih kecil dibanding dengan Amerika Serikat dan empat negara eropa tersebut di atas. Meski begitu, pemerintah tetap fokus dan konsentrasi penuh dalam penanganan virus corona jangan sampai terus bergerak liar dan menyebar lebih luas lagi.
Cukup banyak yang telah dilakukan pemerintah, baik pusat maupun daerah, sebagai upaya penanganan dan memutus rantai penyebaran virus mematikan ini.
Sebut saja pembentukan Gugus tugas penanganan Covid-19 yang dikomandoi langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Munardo, melaksanakan rapid test atau tes cepat di beberapa wilayah, hingga menggelontorkan anggaran hingga 405 triliun lebih.