Lihat ke Halaman Asli

Menyoal Entengnya Bicara Luhut tentang Nilai Nyawa WNI Akibat Covid-19

Diperbarui: 15 April 2020   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

LAGI-lagi Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan (LBP) membuat pernyataan yang memaksa penulis harus mengernyitkan dahi.

Pejabat pemerintah yang biasa dipangil opung ini dengan entengnya menyebut bahwa jumlah kematian warga negara Indonesia yang diakibatkan oleh pandemi virus corona atau covid-19 belum menyentuh angka 500 jiwa.

Hal ini dianggapnya jauh lebih sedikit dibanding dengan jumlah populasi penduduk tanah air yang mencapai 270 juta jiwa.

"Buat saya juga jadi tanda tanya sih, kenapa jumlah meninggal sampai hari ini, maaf sekali lagi, itu kita angkanya enggak sampai 500 padahal penduduk kita ini kan 270 juta, infected 4.000-an lebih katakan kali sepuluh 50.000," kata Luhut saat konferensi pers secara virtual, Selasa (14/4). Dikutip dari Kumparan.com.

Dalam kesempatan yang sama, Luhut membandingkan jumlah korban meninggal di Indonesia dengan di Amerika Serikat. Menurutnya, di Amerika Serikat korban meninggal lebih banyak meski perbandingan penduduk dengan Indonesia memang berbeda.

"Lah Amerika yang bedanya lebih besar dari kita. Beda penduduk 60 jutaan itu yang meninggal 22.000, yang infected itu hampir 500 ribu. Oke lah kita mungkin kurang testing kit-nya tapi saya bilang tadi sudah dikali jadi 50.000," ujar Luhut.

Namun, Luhut memastikan pemerintah terus berupaya mengatasi pandemi corona di Indonesia secara hati-hati, cermat dan tidak mau grusa-grusu atau gegabah. Ia memastikan pemerintah terus mengkaji segala langkah yang akan diambil.

Dari apa yang diungkapkan Luhut, ada dua hal yang membuat penulis tidak habis pikir. Kenapa pejabat sekelas dia masih sangat kurang elok dalam cara berkomunikasi terhadap publik.

Pertama, Luhut seolah menganggap jumlah kematian adalah hitungan matematis sehingga diukur dengan rasio. Menurut penulis, jelas apa yang diutarakannya ini tidak bisa diterima.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline