HAMPIR sepekan jagat hiburan tanah air, khususnya dunia musik berduka dengan meninggalnya artis penyanyi asal Ambon, Glenn Fredly.
Menurut kabar dari beberapa sumber berita, penyanyi yang identik dengan lagu-lagu romantis ini, meninggal dunia disebabkan oleh penyakit meningitis atau radang selaput otak.
Glenn sendiri menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu (8/4/2020) di Sebuah Rumah Sakit cukup terkenal di DKI Jakarta sekira pukul 18.00 WIB.
Selain dikenal sebagai penyanyi, mantan suami Dewi Sandra ini ternyata juga aktif dalam beberapa kegiatan kemanusiaan, terutama menyangkut dengan segala kesulitan warga masyarakat yang ada di Maluku dan Papua.
Tentu saja, kepekaan terhadap aksi-aksi kemanusiaan Glenn patut diacungi jempol, sebab tidak banyak artis di tanah air yang memiliki kepekaan dan aware terhadap dunia kemanusiaan sepertj dirinya. Boleh disebut, pelantun lagu "cukup sudah" ini anomali dalam deretan artis musik tanah air.
Luar biasanya lagi, tidak hanya masalah kemanusiaan. Penyanyi romantis yang pernah bergabung dengan Tompi dan Sandi Sandoro dengan balutan grup musik Trio Lestari ini juga sangat peduli terhadap toleransi beragama dan keberagaman di Indonesia.
Bicara tentang keberagaman beragama atau pluralisme, tentu saja kita tidak bisa menafikan Presiden Indonesia keempat, KH. Abdulrachman Wahid atau Gusdur.
Ya, meski Gusdur lahir dan besar di lingkungan muslim, tapi dia terkenal sangat menjungjung tinggi kebhinekaan di tanah air. Dalam hal ini, Gus dur hampir selalu lantang membela minoritas dan keberagaman antar umat beragama.
Apa yang dilakukan Gusdur tentang sikap pluralnya ini bukan tanpa hambatan. Seringkali sikapnya ini menuai kontroversi dan penentangan.
Namun, dia bergeming dan santai saja dalam menghadapi pertentangan tersebut. "Gitu aja koq repot" itulah jawaban santuy Gusdur yang populer hingga sekarang.
Gus Dur selalu teguh pada apa yang diyakininya, bahwa menghormati perbedaan. Khususnya perbedaan antar umat beragama adalah keharusan. Tak heran jika akhirnya mantan Presiden ke Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjulukinya sebagai bapak pluralisme Indonesia.