Lihat ke Halaman Asli

Sebelum Dipecat, Helmy Pernah Jadi "Raja" Kuis dan Gagal Pilkada

Diperbarui: 20 Januari 2020   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CNN Indonesia

HAMPIR sepekan ini nama Helmy Yahya menjadi trending dan bahan sorotan publik tanah air. Hal tersebut tak lepas dari kasus pemecatan dirinya yang dianggap sebagian banyak pihak terasa janggal.

Ya, Helmy yang merupakan adik kandung dari presenter kondang yang kini menjadi politisi Partai Golkar, Tamtowi Yahya ini dicopot Dewan Pengawas (Dewas) dari jabatannya sebagai Direktur Utama (Dirut) Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI).

Pemecatan itu sendiri resmi terjadi berdasarkan Surat Nomor 8/DEWAS/TVRI/2020 tentang penonaktifan Helmy Yahya selaku Dirut LPP TVRI dengan hormat, pada Kamis (16/01/2020) lalu.

Dengan peristiwa pemecatan ini, tak sedikit pihak-pihak yang kecewa. Lantaran, Helmy dianggap telah berhasil membawa angin perubahan terhadap lembaga penyiaran milik pemerintah ini.

Namun, dalam kesempatan ini penulis tidak ingin larut dan terlalu masuk ke dalam problematika internal TVRI, hingga akhirnya berujung pada pemecatan Helmy.

Dalam hal ini, penulis hanya ingin menempatkan diri sebagai masyarakat yang pernah merasakan tayangan TVRI sebelum dan sesudah dinakhodai Helmy Yahya sejak tahun 2017 lalu. Sebagaimana diketahui, pria kelahiran Palembang ini diangkat menjadi Dirut TVRI periode 2017-2022.

Tidak bermaksud untuk mendiskreditkan TVRI. Sebelum Helmy menakhodai lembaga penyiaran pelat merah tersebut, sejujurnya penulis hampir tidak pernah membuka chanel TVRI.

Bukan anti lembaga pemerintah. Tapi, emang patut diakui, kualitas program-program yang disajikan TVRI masih sangat kalah bersaing dengan televisi-televisi milik swasta. Baik itu dari suguhan program berita maupun program hiburan lainnya.

Dengan kata lain, program-program TVRI tidak ada yang menarik. Alias, program lembaga penyiaran yang sudah berdiri sejak 24 Agustus 1962 ini, tidak mampu menjadi magnet pemirsa khususnya penulis, agar  tertarik membuka chanel TVRI.

Sampai tiba saatnya, Helmy Yahya diangkat menjadi Dirut TVRI, perlahan namun pasti mulai tampak perubahan pada wajah lembaga penyiaran pemerintah ini dan cukup memaksa penulis untuk kembali membuka chanel TVRI.

Diluar perubahan-perubahan lainnya, seperti logo maupun ouncer atau repoter yang lebih segar. Setidaknya ada dua program TVRI yang penulis gemari dan hampir dipastikan menjadi tontonan wajib.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline