TEKA-TEKI siapa yang akan menjadi pelatih Tim Nasional (Timnas) sepak bola Indonesia akhirnya terjawab. Bukan Luis Milla yang sebelumnya pernah berpengalaman melatih timnas hingga dianggap sedikit memahami karakter para pemain Indonesia atau Rud Gullit yang belakangan namanya juga masuk dalam radar PSSI. Pilihan PSSI jatuh pada pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-Yong.
Kalau boleh jujur, sebenarnya publik sepak bola tanah air lebih cenderung menginginkan Milla untuk membesut timnas menggantikan posisi Simon Mc Menemy yang dipecat PSSI menyusul serangkaian hasil buruk di kualifikasi Grup G piala dunia 2022.
Sangat beralasan, jika Luis Milla masih diminati masyarakat pencinta bola tana air. Meski tak lebih dari dua tahun menukangi timnas, pelatih asal Spanyol ini mampu meningkatkan performa tim yang dibesutnya. Baik itu timnas U-23 maupun senior.
Permainan satu dua sentuhan dari kaki ke kaki sambil sesekali mengandalkan umpan panjang yang racik Milla, menjadikan permainan timnas enak ditonton. Walau, lagi-lagi, Milla yang pernah membawa timnas Spanyol U-21 juara eropa ini tidak mampu mempersembahkan gelar.
Prestasi tertingginya hanya meraih medali perunggu pada ajang Sea Games 2107 di Palembang dan melaju hingga perdelapan final di ajang Asian Games 2018, di Jakarta.
Tidak hanya itu, kecintaan publik terhadap sosok Milla yaitu lebih banyak mengandalkan pemain muda dalam skuadnya.
Sayang harapan publik tidak sejalan PSSI. Federasi sepak bola tertinggi tanah air ini lebih memilih Shin Tae-Yong.
Shin Tae-yong sendiri memang sudah masuk bursa kandidat pelatih Timnas, bersama Luis Milla. Bahkan, pelatih berusia 49 tahun itu juga telah memaparkan programnya ke PSSI di Kuala Lumpur bulan November 2019.
Mengutip data Transfermarkt, Tae-yong merupakan pelatih kelahiran Yeongdeok, Korea Selatan, kelahiran 1970 yang pernah aktif sebagai pemain sepakbola profesional.
Ia menjalani kariernya di klub Seongnam Ilhwa (kini bernama Seongnam FC) sejak tahun 1992 hingga 2005, sebelum pindah ke klub Australia, Queensland Roar (kini menjadi Brisbane Roar), dan pensiun di sana.
Selepas gantung sepatu, ia sempat menjadi asisten manajer di Queensland Roar, mulai 2005 hingga 2008, sebelum akhirnya memutuskan kembali ke Korea Selatan dan menjadi manajer Seoungnam Ilhwa di tahun 2010.