Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Wanita Ujung Trotoar

Diperbarui: 26 Agustus 2019   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semilir angin pada pekat malam, rembulan pun enggan bersua
Jengah, marah dan kecewa, pada wanita di bumi buka aurat merayu pria
Meliuk, merayu dan menggoda seolah tak ada norma
Memupuk dosa di ujung trotoar jalanan terbuka.

Semilir angin pada pekat malam, bintang pun enggan berkedip
Risih, sedih dan menangis, pada wanita yang hanya jadi pemuas nafsu sang kurcaci
Kurcaci hati para pria yang sudah lupa akan ancaman Illahi
Hanya demi menuruti kata hati dan nafsu birahi

Semilir angin pada pekat malam, ada pesan dari sebrang sana
Di mengerti oleh si nona, lalu bersuara selembut sutera
Mesra, menggoda, mengerlingkan mata sambil mematok harga
Lalu keduanya pergi dari ujung trotoar menuju sepetak kamar demi surga dunia

Di ujung trotoar jalanan terbuka kau menunggu mereka
Para pria lemah iman yang hanya tahu nafsu semata
Di ujung trotor jalanan terbuka, kau hinakan diri jadi budak nafsu kaum pria
Tanpa kau sadari harta yang kau punya tak akan bisa selamatkan dari amukan dosa

Semilir angin pada pekat malam, rembulan pun enggan bersua
Jengah, marah dan kecewa pada wanita yang ada di ujung trotoar jalanan terbuka

Sumedang, 26 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline