Apa yang terlintas dalam pikiran anda ketika mendengar kata Sumedang?....kota kecil campernik (mungil), kota yang berbatasan dengan Kota Bandung. Itu betul. Namun ada yang lebih terkenal dari itu. Yaitu Tahu. Nama ini tidak hanya menasional, bahkan mungkin sudah tersohor sampai ke mancanegara. Maaf....nyombong dikit bolehkan?...
Tahu, atau dalam bahasa tiongkoknya disebut Tou Fu boleh dibilang daya tarik satu-satunya dan menjadi sebuah kekayaan intelektual Kota Sumedang. Pamor pesona dan keunikan rasanya yang renyah dan gurih, lahir di kota ini.
Meski sebetulnya, kekayaan kuliner Kota Sumedang ini lahir dari seorang imigran negeri tiongkok. Tahu Bungkeng menguatkan silsilah itu.
Pelopor tahu ini terjadi lebih dari seabad lalu, tepatnya pada tahun 1917. Seorang tiongkok bernama Ong Kino membawa penganan ini asalnya untuk dipersembahkan pada sang isteri tercinta.
Namun, perlahan tapi pasti, kado cinta kasihnya ini dijadikan jamuan khusus bahi kerabatnya yang berkunjung.
Akhirnya, lama kelamaan, kelezatan dan rasa gurih makanan ini tercium oleh Bupati Sumedang kala itu, Pangeran Aria Suria Atmaja. Pemimpin yang dikenal arif dan bijaksana ini memohon makanan ini dijual bebas kepada rakyatnya. Karena dia yakin, penganan ini bisa mendongkrak ekonomi Sumedang kelak kemudian hari.
Atas permohonan inilah, akhirnya Ong Kino menyulap rumahnya menjadi sebuah kedai kecil untuk mempromosikan makanan ciptaannya. Sesuai harapan, bisnis Ong Kino sukses dan maju pesat.
Tapi kemudian bisnis ini dikendalikan anaknya, Ong Bung Keng, karena dia harus kembali ke tanah leluhurnya. Ong Bung Keng ini akhirnya dijadikan nama perusahaan tahu sampai sekarang.
Sejarah mencatat, Tahu Bungkeng merupakan cikal bakal lahirnya Tahu Sumedang sebagai kekayaan kuliner nasional. Hampir di setiap sudut jalan atau tempat lainnya, lahir tahu-tahu Bungkeng baru sebagai kepanjangan tangan ide Ong Kino.
Kini Tahu tidak hanya dikuasai keluarga Bung Keng, tapi sudah menjarah ke warga pribumi. Entah berapa ratus bahkan mungkin ribuan terjun dalam bisnis makanan ini.
Tapi sepertinya hal itu tak pernah dianggap persaingan diantara satu dengan pengusaha tahu lainnya. Karena seberapa banyakpun pengusaha tahu tak pernah ada kata kehilangan pelanggan.