Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Aku Adalah Pram

Diperbarui: 30 Juli 2019   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku Adalah Pram

Senja itu, pasir putih bersama angin sepoi-sepoi menambah suasana di sepanjang pantai timur menjadi lebih indah.
Betapa tidak, pemandangan air laut yang kebiruan nan bersih membuat siapa pun  betah  berlama-lama menikmati indahnya karya tuhan tersebut.

Pramono terhenyak dari lamunan. Tak jauh dari pandangannya, sesosok tubuh tanpa busana mengambang di bibir pantai.

"Ada mayat...ada mayat" Pram (panggilan Pramono) berteriak sekeras mungkin. Sayang, kerasnya pita suara pria berperawakan sedang ini menghasilkan gema semata.

Rasa ngeri, takut dan pangilan profesi sebagai jurnalis, campur aduk dalam benak. Sempat dia sejenak menepisnya.

"Ah aku ini bukan wartawan kriminal, polisi atau detektip. Lebih baik tinggalkan saja tempat ini"
Belum juga kaki pram ambil langkah seribu, tiba-tiba tampak olehnya sebuah perahu besar tengah menepi ke bibir pantai sebelah barat. Terang, otak jurnalisnya bekerja liar. Penuh tanya, sesak praduga.

"Mungkinkah orang di perahu besar itu pembunuhnya?" Pikir pram.

Tanpa pikir panjang, Pram memberanikan diri menghampiri mayat tadi. Seorang perempuan muda dengan luka menganga di payudara bagian kiri, serta darah segar mengucur di bagian kepala. Kemudian,  sambil membaca jampi-jampi tak jelas, sang jurnalis majalah dewasa ini menyeret jenasah  itu ke daratan.

"Mudah-mudahan secepatnya mayat ini ditemukan orang lain. Aku harus menyelidiki perahu itu segera" tegas pram. Setelah mengambil foto beberapa shoot, dia bergegas menjalankan panggilan jiwanya.

Begitu berhasil mendekati perahu, Pram mulai celingak celinguk mengawasi keadaan sekitar, berlaga tokoh detektif karya Sir Arthur Conan, Sherlock Holmes. Disapu seluruh tempat yang ada disekitar perahu dengan sorot tajam matanya. Lenggang, hening, tak tampak kehidupan.

"Ah aku terlambat" Pram menghela nafas penuh kecewa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline