Lihat ke Halaman Asli

Bapakku Pahlawan, Bukan Penghianat (The End)

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah sebelumnya di bagian 1

Tak lama kemudian, perempuan itu keluar dari persembunyiannya. Perempuan itu menunggu pasrah. Sang anak melihat, bagaimana tiga lelaki berwajah beringas menghampiri ibunya...memukulinya lalu kemudian menembak ibunya. Wajah beringas yang tak akan dia dilupakan.
Dia ingin menjerit dan menangis, namun tak bisa.
Setelah ketiga lelaki itu pergi, sang anak menghampiri jasad ibunya. Dikeluarkanlah tangis dan jerit yang tadi ia tahan...kepada langit...kepada bumi.

***********

Bagian 2

Pesta pernikahan ini membuatku bahagia.
Ahirnya aku bisa masuk dalam lingkaran yang selama ini aku cari.
Aku menemukan mereka saat menjadi tamu kehormatan dipestaku. Menemukan mereka yang akan menjadi pelampiasan dendamku...aku sangat bahagia.

Pesta hampir usai, tamu undangan pun sudah mulai pulang. Lalu kudengar om Wawan memanggilku.
"Elang...kemari sebentar...ada yang mau Om kenalkan denganmu"
Aku segera menghampiri om Wawan.

"Kenalkan, ini teman teman seperjuangan Om dulu, ini pak Darmawan dan ini pak Basuki" ucap om Wawan.
"Saya Elang...senang berkenalan dengan Om berdua" ucapku sambil menjabat tangan.
"Kalau ada waktu, mainlah ke tempat kami berdua" ucap pak Basuki
"Iya om...nanti kalau ada waktu, saya juga ingin dengar kisah perjuangan om dulu"
"hahaha...nanti saya ceritakan...jangan lupa..mampir kerumah" ucap om Darmawan, lalu mereka berdua pamit undur diri.
"Pasti...pasti aku akan kerumah kalian...tunggu saja kedatanganku...ada hutang yang harus kalian bayar" ucapku dalam hati.

****
Aku sempat melupakan sejenak keinginanku, terlebih lagi saat anak kami lahir. Kuberi nama Lintang, Lintang yang artinya bintang. Aku berharap dia menjadi bintang yang menerangi kebahagiaan kami.
Om Wawan sangat bahagia dengan kehadiran Lintang. Semenjak istrinya meninggal sepuluh tahun yang lalu, baru kali ini merasakan kebahagiaan.
Aku membiarkan Om Wawan dengan kebahagiaannya. Aku berikan waktu untuk dia bergembira dengan Lintang.
Sampai kemudian...Lintang beranjak besar, dan keinginanku sudah tak sanggup kutahan.

****

"Bantuan apa yang bisa saya berikan?" ucap Herman padaku.
Aku meminta Herman datang dari Yogya untuk membantuku. Aku kenal Herman dari kecil. Di Jakarta ini memang mudah untuk mendapatkan orang suruhan, tapi sedikit yang bisa dipercaya. Karena itu aku meminta Herman datang ke Jakarta.

Lalu aku mulai memberitahukan kepada Herman semua rencanaku.
"Kalau soal itu mudah...kau bisa mengandalkan aku Lang"
"Hahaha aku tahu kau bisa diandalkan Man" lalu aku memberikan segepok uang untuk Herman.
"Bersenang senanglah dengan uang itu Man...ini Jakarta. Kalau masih kurang, jangan sungkan untuk hubungi aku" ucapku pada Herman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline