Lihat ke Halaman Asli

Menyetubuhi Sekerat Hati

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku perempuan
Seharusnya aku bisa mengerti bukan hanya diam
Ketika tatapan liarmu menembus jiwaku
Dan aku tetap diam
Saat suaramu menyentuh telingaku
Walau aroma kelakianmu mengelitik hasrat cintaku
Tak seharusnya aku diam..setidaknya aku bisa mendesah.

Aku seorang pejantan,
Tak pernah bisa hempaskan hasrat ini,
Anganku selalu liar menari di antara gundukan dadamu,
Terasa damai, saat aku tangkupkan lapisan kulit ini, melekat erat.
Kau betinaku,
Ijinkan, ku rangkai sebuah makna diam, yang merayap pasti pada suatu erangan.
Hingga kau dan aku, bertukar peluh.

Kejalanganmu menguasai relung hatiku
Membuatku pasrah dalam dekap hangatmu
Jiwa keringku menanti peluh cintamu menetes membasahiku
Seperti hujan yang mencintai bumi
Memberikan harapan kehidupan pada setiap tetesnya
Saat itu tiba...Leguhanku akan bermakna
Aku perempuanmu

Ya..aku tahu.
Ya..aku paham.
Bumi tak pernah bisa meninggalkan matahari.
Entahlah,
Mencintaimu seperti mencintai sekerat hati.
Namun terkadang kepuasaan enggan menghampiri.
Aaarrrghhhh...perempuanku.
Betapa liarnya hasratku.
Hasrat segumpal daging, yang kadang tak pernah bisa berlabuh pada satu titik.

Kepuasan tak mengenal titik...itu nisbi
Walau nisbi...hati tetaplah hati
Yang bisa merasa letih untuk berlari
Dan tak perlu berlari lagi
Karena kamu aku

***

Kolaborasi Novi Octora dan Elang Langit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline