- Keberadaan ilmu laduni sering dibicarakan di kalangan masyarakat terutama di kalangan santri di pesantren, mereka berpendapat tidak sembarang orang yang diberi ilmu laduni, sebuah ilmu yang luar biasa yang diberikan Tuhan tanpa proses belajar, jadi sifatnya tiba-tiba. Tiba-tiba pinter dan tiba-tiba bisa tanpa diketahui kapan dan dimana belajarnya. Sehingga banyak dikalangan santri ada yang rajin melakukan ritual dan tirakat untuk bisa mendapatkan ilmu tersebut. Hasilnya tidak banyak yang berhasil karena memang ilmu laduni bukan sejenis ilmu yang diusahakan tetapi diberi oleh Allah sebagai anugerah dan kasih sayangnya.
- Jika dilihat dari riwayat turunnya al-Quran maka al-Quran itu ilmu Laduni yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui Rasulullah saw, beliau mendapatkan al-Quran itu secara Laduni, tidak melalui proses belajar, "Dan kamu tidak berharap al-Quran itu diturun kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali menjadi penolong bagi orang-orang yang kafir" (QS. Al-Qashas : 86)
- Karena ilmu laduni ini tergantung siapa yang dikehendaki Allah maka hendaklah ditinggalkan cara-cara yang irasional yang justru menutup celah bagi masuknya ilmu secara alamiah, dimana waktu-waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar dengan cara membaca, mengaji, mendengarkan nasehat dll menjadi hilang kesempatan karena mengikuti praktek pencarian yang tidak ada bimbingannya, seperti ritual-ritual yang tidak disyariatkan yang hanya bermodalkan keyakinan dan "qiila wa qoola". Akhirnya jika melalui hal demikian maka yang diperoleh adalah "Ladunni Jinniah" bukan "Ladunni Ilahiah". Ketika dipraktekkan di masyarakat justru jauh dari hal-hal yang mengedukasi mereka.
- Berdasarkan Informasi tekstual dalam surat al-'Alaq, masalah ilmu termasuk ilmu laduni ini tersirat penjelasannya. Cara untuk mendapatkan ilmu bagi manusia itu ada dua, yaitu :
- Melalui usaha, yaitu dengan cara belajar, membaca, mendengar dan lain sebagainya. "Iqra bismirabbikal ladzii khalaq" bacalah atas nama Tuhanmu yang menciptakan (QS.96:1). Perintah membaca ini adalah bentuk usaha bagi manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Membaca adalah menjadi jendela bagi ilmu pengetahuan.
- Diberi Alllah ilmu. Ilmu yang datang pada anda tanpa diusahakan, inilah ilmu laduni. Tidak semua orang yang berpengetahuan diperoleh dengan hasil usahanya namun ada yang diberi oleh Allah sebagai anugrah, seperti para nabi dan rasul rata-rata mendapatkan ilmu ini. Mereka mendapatkan pengetahuan yang luas tentang dunia dan kehidupan ini langsung dari Allah. " 'allamal insaana ma lam ya'lam", yang mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya (QS.97:5). Demikian pula para ilmuan yang kita kenal, banyak yang mereka memperoleh ilmu dari saat merenungkan sesuatu, tanpa sengaja dan tanpa dicari, seperti Isac Newton (1642-1747) menemukan teori gravitasi saat dari kamarnya melihat via jendela buah apel yang berjatuhan. "kenapa apel jatuhnya ke bawah tidak ke atas", renungan ini menjadi asbab datangnya ilmu pengetahuan. Demikian pula seperti Albert Einstein dengan teori relativitasnya, Alesandro Volta yang menemukan batrey, atau juga seperti Alexander Graham bel yang menemukan telpon. Mereka memperolehnya dengan tiba-tiba, artinya ide itu tiba-tiba muncul saat melihat fenomena tertentu tanpa sengaja diusahakan sebeumnya.
Maka tidak ada masalah sebenarnya ketika seseorang berusaha ingin mendapatkan Ilmu Laduni, namun karena ilmu tersebut tidak otomatis dan tidak identik didapat melalui usaha maka sebaiknya dipikir kembali saat ingin meproleh ilmu laduni dengan cara-cara yang tidak ilmiah, tetaplah lakukan tradisi ilmiah dengan belajar dan membaca, adapun nanti Tuhan kasih pengetahun lebih seperti ilmu laduni maka itu adalah anugrah Tuhan yang patut di syukuri. Wallahulmusta'an
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H