Dalam hening malam,
Dalam dingin yang menusuk tulang,
Dalam hangat percumbuan
Kau hadir lagi
Wahai gadis pemenggal.
Tiba-tiba...!!!
Kau panggil empat orang dari kami yang tersisa
Kau sebut namaku
Oh..Tuhan...
Kini tiba giliranku rupanya yang akan kau penggal
Oh...Tuhan...
Keringat dingin membasahi
Gemetar membekukan kaki
Terbayang wajah-wajah tanpa ekspresi
Terbayang kepala-kepala itu tercerai
Dari ragawi Melayangjatuh kelantai
Darah mengalir tiada henti,
Putihnya lantai
Kini berganti oleh merah hati
Merah hati, kematian
Oh kematian, secepat inikah kau datang...?
Aku semakin ketakutan...!!!
Kau panggil aku ke depan
Ketakutan telah larut, menyatu dalam fikiran
Dalam kekalutan, kudengar suara mendayu
Memberi kami kesempatan untuk lari
Kebekuan kaki tiba-tiba cair oleh api suaramu itu
Secepat kilat kami berempat melesat
Menuju aneka penjuru
Aku berlari ke bukit berumput hijau
Tanpa henti...
Hanya sesekali menoreh, memastikan
Si gadis pemenggal tidak memburu
Fikiran dan tubuhku hanya bicara
lari...lari...lari dan teruslah lari...
atau kau akan mati
Sejauh-jauhnya...!!
Kudaki terus, hingga tidak ada yang harus kudaki
Dalam kelelahan,
fikiranku meronta
Sampai kapan aku harus lari...?
Sampai kemana aku harus lari...?
Kenapa aku harus lari...?
Kenapa aku harus takut...?
Di atas bukit kubertanya
Di atas bukit pula, kujawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu
Aku yang belajar Iklas
Ternyata masih culas
Aku yang belajar kepasrahan hati
Ternyata masih menyimpan dengki
Aku yang belajar mempersiapkan diri untuk menghadapi mati
Ternyata masih takut mati...
Duniawi masih terus bernyanyi
Takut masih menjadi diri
Ternyata ...,
Semuanya fatamorgana, Aku masih menjadi Munafiq
Aku masih belum bisa mencinta Mu
Mencinta yang sebenarnya
Cinta yang menyatu dalam setiap nafas Mu
Cinta yang menyatu dalam setiap sabda Mu
Cinta yang menyatu dalam keramahan dankebengisan Mu
Menyatu dalam diri Mu
Terima kasih wahai kau gadis pemenggal
Kini penggalah kepalaku...!!!
Penggalah....!!!
Penggalah....!!!
Aku sudah rindu
Bertemu yang satu
3 Muharram 1429. 12 Januari 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H