Lihat ke Halaman Asli

Gadis Pemenggal 2

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam hening malam,

Dalam dingin yang menusuk tulang,

Dalam hangat percumbuan

Kau hadir lagi

Wahai gadis pemenggal.

Tiba-tiba...!!!

Kau panggil empat orang dari kami yang tersisa

Kau sebut namaku

Oh..Tuhan...

Kini tiba giliranku rupanya yang akan kau penggal

Oh...Tuhan...

Keringat dingin membasahi

Gemetar membekukan kaki

Terbayang wajah-wajah tanpa ekspresi

Terbayang kepala-kepala itu tercerai

Dari ragawi Melayangjatuh kelantai

Darah mengalir tiada henti,

Putihnya lantai

Kini berganti oleh merah hati

Merah hati, kematian

Oh kematian, secepat inikah kau datang...?

Aku semakin ketakutan...!!!

Kau panggil aku ke depan

Ketakutan telah larut, menyatu dalam fikiran

Dalam kekalutan, kudengar suara mendayu

Memberi kami kesempatan untuk lari

Kebekuan kaki tiba-tiba cair oleh api suaramu itu

Secepat kilat kami berempat melesat

Menuju aneka penjuru

Aku berlari ke bukit berumput hijau

Tanpa henti...

Hanya sesekali menoreh, memastikan

Si gadis pemenggal tidak memburu

Fikiran dan tubuhku hanya bicara

lari...lari...lari dan teruslah lari...

atau kau akan mati

Sejauh-jauhnya...!!

Kudaki terus, hingga tidak ada yang harus kudaki

Dalam kelelahan,

fikiranku meronta

Sampai kapan aku harus lari...?

Sampai kemana aku harus lari...?

Kenapa aku harus lari...?

Kenapa aku harus takut...?

Di atas bukit kubertanya

Di atas bukit pula, kujawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu

Aku yang belajar Iklas

Ternyata masih culas

Aku yang belajar kepasrahan hati

Ternyata masih menyimpan dengki

Aku yang belajar mempersiapkan diri untuk menghadapi mati

Ternyata masih takut mati...

Duniawi masih terus bernyanyi

Takut masih menjadi diri

Ternyata ...,

Semuanya fatamorgana, Aku masih menjadi Munafiq

Aku masih belum bisa mencinta Mu

Mencinta yang sebenarnya

Cinta yang menyatu dalam setiap nafas Mu

Cinta yang menyatu dalam setiap sabda Mu

Cinta yang menyatu dalam keramahan dankebengisan Mu

Menyatu dalam diri Mu

Terima kasih wahai kau gadis pemenggal

Kini penggalah kepalaku...!!!

Penggalah....!!!

Penggalah....!!!

Aku sudah rindu

Bertemu yang satu

3 Muharram 1429. 12 Januari 2008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline