Lihat ke Halaman Asli

El Alsha

Medical doctor

Salah Pilah Konten Edukasi Dapat Membahayakan Diri Sendiri

Diperbarui: 28 Juni 2024   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Selain menjadi sebuah sarana pemberian edukasi kesehatan yang ramah di mata masyarakat, konten media sosial pun bisa menjadi "bumerang" yang membahayakan seseorang. Bagaimana tidak? Saat ini semua jenis informasi bebas diakses dan dibagikan. Tidak hanya konten yang jelas-jelas hoaks, yang valid pun bisa menjadi bahaya kalau kita tidak dapat memilah dengan tepat. Contohnya, pemberian keju pada masakan MPASI sebagai "BB booster". Memang keju bisa dijadikan tambahan kalori pada menu MPASI, tetapi jika sang anak ternyata alergi susu sapi? Bukannya bertambah, berat badan justru bisa makin merosot karena respon alergi. 

Contoh yang lebih ekstrim, pernah saya lihat seorang ibu bertanya di platform sosial seperti ini, "anak saya demam dan batuk-batuk sudah 3 minggu, ada saran antibiotik, moms?" Jawaban-jawabannya membuat kaget, salah satunya, "moms, kasih antibiotik X saja, kemarin saya dikasih ini ampuh." 

Tidak hanya sebatas itu, ada pula yang membagikan video dimana bayi yang berusia 1 bulan disuapi MPASI sambil terlentang dan juga video bayi makan dengan selang NGT yang dikatakan sebagai pendongkrak berat badan.

Padahal NGT merupakan alat medis, yang dipasang karena adanya indikasi yang sudah dipertimbangkan matang-matang. Pemasangannya pun oleh tenaga profesional dan kedepannya akan dipantau efek sampingnya. Begitu pula pemberian MPASI yang pada umumnya diberikan ketika sudah berusia 6 bulan. Terlebih lagi, diberikan secara tiduran? Orang dewasa saja bisa tersedak, apalagi anak bayi. Begitu pun pemberian antibiotik dan obat apapun yang seharusnya mempertimbangkan sekian banyak hal dan kondisi yang mengharuskan seseorang mengkonsumsi obat tertentu.

Heran, sedih, dan takut menjadi satu ketika melihat konten seperti itu muncul di media umum. Terdapat kemungkinan seseorang mengambil mentah-mentah hal yang mereka lihat. Padahal, seringkali hal yang dibahas atau divideokan itu merupakan suatu ADVIS KLINIS INDIVIDUAL yang ditujukan hanya untuk individu tersebut dengan sekian banyak pertimbangan berdasarkan kondisi yang sudah dinilai secara langsung oleh dokter atau tenaga kesehatan yang menangani. Dengan kata lain, bukan hal yang bisa digeneralisir dan digunakan oleh semua kalangan. Pemakaian atau pemberiannya pun perlu pengawasan lebih lanjut.

Kita memang tidak bisa menyalahkan orang yang memposting atau bertanya jawab secara bebas di media sosial. Namun, kita bisa memilah mana yang bisa diterapkan untuk kita dan keluarga kita dengan cara:

1. Tulis dahulu informasi yang didapatkan di notes. Simpan dahulu informasi atau edukasi yang kita dapatkan dari sosial media. Kita belum memastikan hal tersebut benar, bukan? 

2. Cari sumber terpercaya, bertanya pada yang ahli. Langkah selanjutnya, validasi informasi tersebut. Cari dan baca lebih lanjut dari sumber-sumber yang kredibel. Saya rasa, saat ini sudah banyak website-website kesehatan untuk masyarakat awam yang ditulis oleh ahli sesuai bidangnya, baik berbahasa Inggris maupun Indonesia. Jika bingung dan takut mengambil sumber yang salah, anda bisa bertanya kepada teman anda yang bidangnya kesehatan dan meminta bantuannya untuk menjawab atau untuk mencari jawaban dari sumber-sumber valid.

3. Berkonsultasi sesuai kondisi sendiri. Hal terbaik dan paling pas memang berkonsultasi, terutama untuk masalah yang kompleks dan khusus. Karena pada umumnya, artikel yang tersebar di website kesehatan untuk masyarakat awam merupakan hal-hal yang umum yang bisa diterapkan oleh semua orang.

Tersebarnya informasi secara masif memang banyak menguntungkan kita. Banyak sekali hal baru yang bisa kita pelajari. Namun, merupakan langkah yang bijak untuk menahan diri dan memastikan terlebih dahulu sebelum kita terapkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline