Hari ini aku kedatangan tamu tidak di undang. Tiga orang teman lamaku tiba-tiba datang, dan mengajakku jalan-jalan. Aku sedikit memikirkan uang jajan yang semakin menipis, tapi juga sayang kalau di tolak. Kapan lagi bisa main bersama mereka.
Dan pada akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Lumajang kota mencari warung makan. Salah satu temanku merekomendasikan Warung Ayam Geprek Mak Rumpit yang berlokasi di Jalan Kyai Ghozali No.96, Rogotrunan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang.
Warung ini terlihat tidak punya banyak ruang untuk di kategorikan sebagai Warung Makan besar dari luar. Namun setelah masuk, ternyata halamannya cukup luas.
Disini mereka menggunakan sistem pesan, bayar, dan tunggu. Kami memesan menu andalan di warung ini untuk 4 porsi, sekaligus minuman legendaris yang selalu menemani setiap makanan warung, yaitu es jeruk manis. Untuk 4 porsi ayam geprek plus nasi sekaligus minumannya, ternyata harganya masih terbilang cukup nyaman di dompet sih.
Apalagi untuk kami yang masih pelit dengan kepuasan sementara ini. Jujur, sebenarnya seenak apapun makanan yang kita makan, tetap saja nanti akan terbuang. Tapi tidak rugi juga mencoba makanan ini itu untuk mengajari lidah kita agar tidak selalu makan tempe tahu dan kuah daun kelor.
Kami mendapat pelayanan yang ramah dari pegawai, bahkan pertama kali masuk kami sudah dilayani dengan baik oleh penjaga parkirnya. Tempatnya bersih dan nyaman, cukup aesthetic untuk dijadikan dokumentasi. Setelah memesan dan membayar, kami diberi nomor meja berurut 1. Setelah itu, terserah kami ingin mencari tempat duduk dimana.
Di meja depan sudah penuh dengan pengunjung yang lain, akhirnya kami memilih meja di teras belakang. Cuacanya memang cukup terik, jadi kami tidak memilih meja di luar ruangan. Sembari menunggu pesanan, kami memulai sesi dokumentasi. Lebih tepatnya hanya 2 orang temanku yang sibuk berpose layaknya selebgram. Sedangkan aku dan salah satu temanku hanya tersenyum datar melihat tingkah mereka berdua. Hal itu memang tampak normal di zaman sekarang, jadi biarkan saja lah.
Beberapa waktu kami menunggu, akhirnya salah satu pegawai datang ke meja kami dengan membawa nampan berisi pesanan kami. Sembari mengucapkan terima kasih, kami langsung menata sepiring ayam geprek di hadapan masing-masing orang. Dengan cepat kami mencuci tangan di wastafel kemudian kembali ke meja. Sedetik sebelum aku mencomot makananku, kedua temanku dengan cepat mencegahku makan. Seperti biasa, ritual sebelum makan bukan membaca doa, tetapi memotret makanan terlebih dahulu. Aku masih setia dengan ekspresi datar sambil menunggu mereka selesai mengambil gambar. Setelah puas dengan foto-foto yang dihasilkan, akhirnya kami mulai menyantap makanan.
Tampilan ayam geprek ini terbilang rapi dan menarik. Bagian sayap ayam yang terbungkus tepung krispi ditata dengan baik di samping nasi putih dan sayuran. Kupikir kacang panjang ini sudah masak, ternyata benar-benar masih segar. Seperti baru saja dipanen dari pohonnya. Ada lagi satu wadah kecil untuk tempat sambalnya, uniknya disini sambalnya disajikan dengan dua warna yang berbeda. Di sisi satu ada sambal merah, dan di sisi lain ada sambal hijau.
Kami makan dengan dibarengi video yang sengaja direkam untuk dokumentasi tambahan. Sebenarnya ini tidak penting, tapi lebih baik turuti saja apa yang mereka inginkan. Untuk sepiring nasi dan ayam geprek ini sudah sangat mengenyangkan. Apalagi rasa ayam yang gurih sangat cocok dengan sambal dua warna yang sebenarnya rasanya tidak jauh berbeda.