Lihat ke Halaman Asli

Serangan pada Jokowi; Mulai Boneka sampai Binatang

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada pepatah, semakin tinggi pohon –apalagi rindang--, maka angin akan semakin gencar meniupnya. Pepatah ini nampaknya sangat relevan dengan kondisi yang dialami Jokowi saat ini. Pasca pencapresannya, yang berarti pohon tersebut bertambah tinggi, tiupan angin juga semakin kencang.ia seakan mengalami hujan kritik dan serangan yang tiada henti.

Anehnya, jika kita amati, banyaki kritikan, serangan atau bahkan kampanye hitam yang ditujukan pada Jokowi tidak ditujukan pada aspek kebijakan Jokowi sebagai seorang pejabat, baik ketika ia menjabat sebagai Wali Kota Solo maupun Gubernur DKI Jakarta. Jikapun ada kritik terhadap Jokowi sebagai pejabat, itupun terlihat kurang relevan, seperti mengatasi banjir dan kemacetan di Jakarta yang sudah begitu akut. Sebab mencari solusi untuk dua problem yang sudah parah tersebut jelas tidak bisa hanya dalam rentang dua bahkan lima tahun sekalipun.

Disadari atau tidak, pencapresan Jokowi membuat banyak pihak meradang dan merasa terancam. Tak heran jika kemudian mereka berusaha mengamputasi kepopuleran dan kesempatan Jokowi untuk memenangi perebutan jabatan orang nomor satu di negeri ini dengan berbagai cara.

Mulai dari penggiringan opini oleh Prabowo bahwa Jokowi adalah Capres boneka yang keberadaannya dinilai hanya sebatas boneka Megawati, dilanjutkan dengan kenyinyiran Fahri Hamzah, Wasekjend PKS, yang menuding bahwa Jokowi tak ubahnya seperti ayam aduan. Hal ini dimaksudkan Fahri Hamzah karena pencapresan Jokowi disodorkan ke publik tak lain hanyalah untuk menggaet dan menaikkan suara PDI Perjuangan, terutama bagi kalangan pemilih pemula.

Tak mau kalah dengan bosnya di Partai Gerindra, Fadli Dzon, orang kepercayaan Prabowo, juga membuat sindiran lewat puisi berbasis topik binatang dengan judul ‘Sajak Seekor Ikan’. Meski tak ada penyebutan nama Jokowi dalam puisinya tersebut, namun kita akan dengan mudah memahami bahwa subtansu puisi Fadli Dzon jelas-jelas mengarah pada Jokowi.

Sebab di sana jelas digambarkan, tepatnya pada bait pertama bahwa ikan tersebut berwarna merah, kerempeng dan lincah. Selain itu ikan tersebut juga digambarkan oleh Fadli Zon sebagai ikan yang tiap suka melompat ke sungai bergumul di air deras dan suka menyusuri taman. Hal ini jelas merupakan gambaran akan kesukaan Jokowi yang blusukan bahkan kadang masuk sungai dalam menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Satu sisi, Prabowo seakan tidak puas dengan sindiran Capres boneka pada Jokowi. Menanggapi dukungan para purnawirawan TNI/Polri yang dipimpin Letjen (Purn) Yunus Yosfiah beberapa waktu lalu, Prabowo mengatakan bahwa saat ini Indonesia memang cocok dipimpin oleh militer. Sebab, kata dia, jika berbicara ketegasan, sosok militer tidak perlu diragukan lagi

"Kita saat di militer dipimpin dengan keras, komandan kita cerewetnya tidak main-main. Mereka singa anak buahnya pun menjadi singa. Tapi kalau Singa dipimpin kambing, nanti singanya bersuara Kambing," ujar Prabowo di Hotel Bidakara, Kamis (27/3). (Merdeka.com, Sabtu, 29/3/2014).
Untungnya Jokowi mempunyai kepribadian dan watak yang kalem dan tak pemarah. Dengan sikap dan kepribadian yang dimilikinya, ia sama sekali tidak terbawa arus jebakan sindiran dan kampanye hitam dari para rivalnya. Dalam beberapa kesempatan, ia bahkan mengajak agar sesama Capres tidak saling menjelekkan. Sikap dan jawaban Jokowi dalam menanggapi serangan yang ditujukan kepadanya jelas akan dinilai positif oleh para pemilih.

Sebaliknya, sikap Prabowo dalam mengkritik dan menyerang Jokowi yang vulgar, bahkan digambarkan sebagai sesuatu yang sadis oleh pengamat politik dan komunikasi, Tcipta Lesmana, juga akan dinilai oleh para pemilih.

Sampai pada titik ini, Jokowi telah mampu menguasai managemen emosi dan bisa menyikapi segala serangan padanya secara elegan. Dan saya yakin hal ini adalah modal yang sangat positif dan penting yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin sebagai bekal menghadapi dahsyatnya tiupan-tiupan angin berikutnya.

Elshodiq Muhammad, Minggu, 30 Maret 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline