Lihat ke Halaman Asli

Prabowo Mulai Elegan, Jokowi Justru Mulai Frontal

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir ini, ada gejala perubahan dalam ‘prilaku’ dua capres kita, Prabowo Subianto dan Joko widodo, baik dalam kampanye maupun menanggapi issu kekinian. Jika sebelumnya Prabowo dikesankan oleh mantan senior-seniornya di militer sebagai pribadi yang pemarah, tempramental dan bahkan Hendropriyono sempat menyebut Prabowo sebagai psikopat, gila dan lain sebagainya, kini anggapan tersebut nampaknya berbalik 100% tatkala Prabowo sama sekali tak terpancing dengan tudingan-tudingan miring mantan seniornya tersebut.

Belakangan, Prabowo bisa menjawab tudingan sumir tersebut dengan aksi nyata dengan menampilkan prilaku yang ramah, menghormati dan menunjukkan rasa respek pada kompetitornya, yakni Jokowi-JK.

Puncaknya, ketika ia begitu kesatria menyalami Megawati di gedung KPU ketika acara pengambilan nomor urut capres-cawapres, disusul pidato Prabowo dalam momen tersebut dan pada saat ikrar Deklarasi Damai yang isinya sama-sama mengaku legowo jika nanti mandat rakyat jatuh pada Jokowi-JK.

“...Dan apabila mandat itu diberikan kepada Jokowi-JK kami akan hormati keputusan tersebut, kami yakin Jokowi-JK adalah patriot-patriot bangsa. Apapun yang terjadi, kami akan menjadi warga negara yang cinta tanah air.” (Sayangi.com, 03 Juni 2014)

Pada momen inilah Prabowo mulai banyak menuai pujian baik dari para pengamat maupun masyarakat secara umum. Sebab ternyata pada saat yang bersamaan, Capres Jokowi justru sama sekali tak menyebut nama Prabowo-Hatta dalam sambutannya. Lebih lengkapnya baca tulisan saya dengan judul “Ternyata Prabowo Lebih santun Dari Jokowi”.

Pada moment lain, Jokowi justru mengalami perubahan yang cukup drastis persis pada saat Prabowo bermetamorfosis dari yang katanya pemarah dan tempramental tadi menjadi lebih lembut dan santun. Jokowi yang selama ini sudah lekat dengan image santun, ramah dan pandai menjaga emosi justru mulai memerankan dirinya sebagai sosok yang reaktifterhadap kritik dan bahkan ada kecenderungan membanggakan dirinya sendiri.

Ketika kampanye pada hari pertama di Papua, ia terang-terangan menuding kompetitornya, Prabowo, yang ia gambarkan sebagai pribadi yang selama ini tak pernah bertemu rakyat, tak pernah hidup di lingkungan kumuh dan tak pernah bersentuhan kulit dengan rakyat. Hal tersebut baru dilakukan pada masa pilpres.

"Sekarang ada pemimpin yang menyatakan diri kerakyatan, tapi tidak pernah bertemu rakyat, tidak pernah hidup di lingkungan kumuh, tidak pernah bersentuhan kulit dengan rakyat. Apa itu yang kita inginkan?" ujar Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi dihadapan ribuan warga Papua, Kamis (Tribunnews.com,5/6/2014)

Untuk mendukung pembanggaan dirinya, saya saksikan sendiri komentarnya di layar kaca betapa ia mengatakan bahwa kunjungannya ke Papua bukan bertujuan mendulang suara, tapi semata karena ingin menjadi capres yang peduli pada Warga papua. Ia mengatakan jika tujuannya mendulang suara, bukan di Papua, tapi di Jawa.

Sungguh saya tak habis pikir dengan pola pikir Jokowi, sebab pada hari di mana ia berada di Papua tersebut sudah memasuki masa kampanye, jadi ia tak usah berdalih bertele-tele kalau kedatangannya ke Papua salah satunya jelas ingin mengeruk suara warga papua. Jika tidak bertujuan mendapatkan suara warga papua, kenapa ia jauh-jauh ke sana pada hari kampanye?

Apa yang diungkapkan Jokowi di atas, baik tentang sindiran kompetitornya yang tidak dekat dengan rakyat maupun tentang kunjungannya ke papua adalah sebuah kebenaran, ada baiknya Jokowi tidak terlalu mengumbar hal tersebut secara frontal di depan media.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline