Saudaraku bersumpah serapah
Hatinya dipenuhi amarah
Umpatan pun terbuang tak terarah
Menikam setiap hati yang sedang merana
Seorang anak bertindak dengan maunya
Menghina dan mengolok saudaranya
Tak mungkin hening selamanya
Hingga tergerus murka tanpa tanya
Tertampar...plakk
Terpukul...bukk
Terhantam...dan terkapar dalam hening
Puas hati membayar murka
Hiraukan tubuh tak bernyawa
Hahahaha...mampuslah engkau
Pikirmu boleh menghina sesuka hatimu?
Merasakah engkau aku tersakiti olehmu?
Mayat itu hanya diam kaku dan terpaku
Si mayat tersenyum dalam kaku
“selamat, engkau memang beringas”
Angin berhembus seolah mengusir sebuah bayang
Tak pernah dilimpahkan dendam dalam hatimu
Engkau begitu sempurna, malaikat pun tau
Tak mengertikah engkau selama ini?
Bahwa dendam hanya untuk si jahat
Kebencian hanya menimbulkan luka
Kekerasan memburukkan sebaik-baiknya kesalehan
Bila paham melampaui akalmu
Bila kelembutan meraih hatimu
Biarlah teriring doa yang menyesakkanmu
Bukankah Dia Maha Tau lagi Maha Adil?
Andai buruk berbalas buruk
Apakah kelebihanmu dalam perkara itu?
Pikirnya semua telah selesai
Jauh sadar akan kenyataan
Darah bersambut darah
Dendam bersambut dendam
Terjalin murka lebih membara
Warisan yang tak baik menerimanya
Sesungguhnya bila engkau mau memahami
Tanpa lekas bermurka hati
Bahwa hanya bagi mereka yang bersabar
Takkan lari berkah lagi pahala
Pastilah engkau menemui batasnya
Namun bukan di sini
Bukan pula di sana
Hanya di pintu surga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H