Lihat ke Halaman Asli

Yermia Riezky

Penulis dan fotografer lepas berdomisili di Makassar.

Bagaimana Bill Cunningham Mengajari Saya Soal Independensi

Diperbarui: 29 Juni 2016   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bill Cunningham (Flickr Creative Common 2.0 / EventPhotosNYC)

Bill Cunningham, fotografer mode jalanan yang bekerja untuk The New York Times meninggal dunia pada Sabtu minggu lalu dalam usia 87 tahun. Cunningham dikenal sebagai salah satu fotografer dengan etos kerja tinggi, matanya yang sigap dengan tren fashion, dan kesederhanaannya.

Ia dikenal luas oleh kalangan mode di New York hingga Paris. Ia juga menjadi idola sebagian fotografer jalanan karena mayoritas karyanya memang diambil di jalanan kota New York, bukan catwalk.

Saya tidak terlalu mengikuti karya-karya Cunningham, seperti saya kerap mencari dan menikmati karya Richard Kalvar atau Martin Parr. Teman saya di Batam, Tino yang memberitahu nama Bill Cunningham setahun yang lalu saat saya masih di Batam.

Tino merekomendasikan film Bill Cunningham New York karena tahu saya senang dengan street photography. Saya kemudian mencari film itu dan menontonnya. Setelah dua kali menonton, saya kagum dengan karya dan prinsip Cunningham.

Saat film itu dibuat pada 2009-2010, Cunningham masih aktif memotret dengan Nikon FM2 dan beberapa rol Fujifilm Superia. Ia selalu punya langganan tempat memproses film. Di meja kerjanya di The Times, ia memiliki seorang asisten yang sering ia marahi untuk memasukkan dan mengambil film di lab langganannya.

Di usia 80-an saat itu, Bill masih senang berkejar-kejaran dengan deadline untuk koran terbitan Hari Minggu. Namun sepertinya redaksi NYT gelisah jika terus menunggu Bill memproses filmnya sehingga akhir-akhir ini Cunningham terlihat menggunakan kamera digital Nikon seri D5000-an.

Dari sisi karya, Cunningham dikenal memiliki mata yang sangat tajam. Ia bisa melihat tren fashion apa yang sedang in di kalangan New Yorker. Ia tertarik dengan rantai pinggang, celana hipster, hingga sepatu boot yang dikenakan warga.

Saya tak bisa membahas banyak soal karya Bill. Namun, saya sangat kagum dengan kesederhanaannya.

Nyaris tidak ada ikon mode di New York yang tak mengenal Bill. Merupakan suatu kehormatan bagi mereka jika Cunningham memanggil dan memotret mereka dengan FM2-nya. Bahkan pemimpin majalah Vogue yang kejam, Anna Wintour selalu menyempatkan diri berpose jika Bill ingin memotretnya dalam sebuah acara. Wintour jarang melakukan itu untuk fotografer lainnya.

Namun dengan segala keglamoran dunia mode dan statusnya sebagai fotografer di The Times, Cunningham memilih tetap hidup sederhana. Ia dikenal sebagai pak tua yang gemar bersepeda Ontel menuju lokasi pemotretannya di sudut 57th St and Fifth Ave. Ia bahkan suka bersepeda malam-malam sambil mengenakan tuxedo ke beberapa pertemuan makan malam dan acara amal yang marak di New York.

Selain ngontel, Cunningham dikenal dengan jaket birunya dan topi pet. Selama hidupnya, ia berkali-kali harus membeli sepeda ontel dan jaket biru baru karena rusak atau hilang digondol maling.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline