Lihat ke Halaman Asli

Siapakah Sang Penista Agama Itu?

Diperbarui: 5 November 2016   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang terjadi bila seorang cagub berkata berikut ini :

"Jangan percaya sama orang... Bisa aja dalam hati kecil bapak ibu (berpikir) tidak bisa memilih saya... Diancam pakai 'pisau'..."  

Pertanyaan : Apakah 'pisau' alat yang sangat berguna bagi kehidupan manusia itu menjadi 'nista' karena pernyataan tersebut? Tentu tidak. Karena semua orang yang berakal tau, yang disinggung oleh cagub adalah orang' yang mengancam dengan menggunakan pisau tersebut. Namun pada kenyataannya  memang benar pisau bisa berguna untuk kebaikan atau sebaliknya untuk membunuh tergantung orang yang menggunakannya.  Lalu apakah paguyuban pedagang pisau atau jasa pengasah pisau ramai-ramai akan tersinggung karena pisau sumber kehidupan mereka dianggap bisa 'mengancam' orang? Tentu tidak perlu. Dan pisau adalah pisau dengan segala manfaatnya terus dibeli orang.

Lalu, apa yang terjadi bila seorang cagub berkata berikut ini :

"Jangan percaya sama orang... Bisa aja dalam hati kecil bapak ibu (berpikir) tidak bisa memilih saya... Disogok pakai 'perempuan'..." 

Pertanyaan : Apakah 'perempuan' mahluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia  yang melahirkan kita ke bumi ini menjadi 'nista' hanya karena pernyataan tersebut? Tentu saja tidak. Karena semua orang berakal tau yang disinggung cagub adalah 'orang' yang menyogok dengan memanfaatkan kemolekan perempuan. Namun memang benar selain perempuan yang adalah ibu, istri, anak, atau kekasih yang kita cintai, pada kenyataannya ada juga perempuan yang bisa 'dimanfaatkan' untuk kepentingan tertentu. Lalu apakah seluruh perempuan di sepenjuru negeri beserta kelompok-kelompok solidaritas feminisnya perlu marah karena perempuan dianggap bisa 'menyogok' orang? Tentu tidak perlu. Perempuan adalah perempuan dengan segala kemuliaan & keindahannya.

Lantas, apa yang terjadi bila seorang cagub berkata berikut ini :

"Jangan percaya sama orang... Bisa aja dalam hati kecil bapak ibu tidak bisa memilih saya... Dibodohi pakai 'surat Al-Maidah 51'..." Apakah surat Al-Maidah 51 yang merupakan Atsar Sahabat yang dimuat dalam Kitab Tafsir itu menjadi 'nista' hanya karena pernyataan tersebut? Tentu saja tidak! Karena sudah jelas (apalagi kalau anda mendengarkan keseluruhan rekaman pembicaraan Ahok dengan masyarakat kepualauan Seribu)  Ahok tidak bermaksud 'menistakan agama Islam' apalagi menistakan Tuhan? Kalaupun benar seorang Ahok telah melakukan penistaan, satu-satunya yang bisa dinistakan adalah orang yang menggunakan surat, atau agama, atau apapun itu untuk kepentingan politik. Masa kita berpura-pura bodoh dengan berpikir yang dimaksud Ahok bukan itu?  

Mengapa rasa percaya diri kita harus serendah itu sehingga bisa berpikir kalau surat tersebut, Al-Qur'an, bahkan agama Islam telah ternistakan oleh sebuah pernyataan begitu? Kalau masalah apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik, jangankan tafsir, ayat suci saja bisa, agama, bahkan nama Tuhan pun bisa dibajak untuk kepentingan orang yang menggunakannya. Cuma masalahnya mengapa banyak umat Muslim marah karena mereka berpikir surat, ayat, agama, ulama, bahkan nama Tuhan tidak bisa dibajak untuk dimanfaatkan kepentingan politik? Padahal pada kenyataannya itu terjadi di sepenjuru dunia ini. Aksi-aksi terorisme, dan yang paling mengerikan kelompok Isis yang mengatasnamakan Islam bahkan Tuhan. Sudahlah tidak usah jauh-jauh. 

Hal yang lebih mudah kita amati adalah Prof. Dr. Amien Rais selaku ketua MPR tahun 1999 juga pernah memanfaatkan berbagai dalil di dari Al Qur'an dan Hadist untuk menggagalkan Megawati menjadi presiden, lalu satu setengah tahun kemudian bisa-bisanya kembali menggunakan ayat-ayat suci Al Qur'an dan hadist-hadist Nabi untuk memungkinkan perempuan menjadi pemimpin, karena dianggap presiden bukanlah pemimpin agama, demi menyingkirkan Gusdur? Kok bisa? Ya bisalah! Bisa-bisanya orang ingin memanfaatkannya untuk apa. Apakah Al-Qur'an atau hadist-nya yang berubah-ubah? Tentu tidak, tapi karena orang yang memanfaatkannya memiliki kepentingan yang berubah-ubah. 

Karena pada kenyataannya memang surat tafsir, ayat suci, agama apapun, nama Tuhan, bisa saja dipergunakan aktor-aktor tertentu untuk membodohi masyarakat yang enggan atau malas berpikir dengan kepalanya sendiri. Lalu bagaimana anda tau kalau sedang dibodohi atau tidak? Dari jargon-jargonnya saja, demo 4 November kemarin dikatakan adalah untuk bela Quran, bela Islam, bela Tuhan...?? Lalu demonya bukan di depan kantor Gubernur, tapi di depan istana?? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline