Di sebuah desa kecil yang terpencil, tersembunyi sebuah terowongan tua di bawah Bukit Kelam. Warga setempat menyebutnya Terowongan Larasati, dinamai dari seorang gadis yang dikabarkan menghilang di sana beberapa dekade lalu. Sejak itu, terowongan tersebut menjadi pusat cerita-cerita mistis yang menyeramkan.
Terowongan itu gelap, lembap, dan penuh dengan coretan-coretan kuno yang tak bisa dimengerti. Warga desa menghindarinya, terutama setelah matahari terbenam. Mereka percaya bahwa siapa pun yang melewati terowongan itu saat malam akan mendengar bisikan-bisikan aneh, suara tangisan, atau melihat bayangan Larasati berdiri di ujungnya.
Suatu malam, empat remaja bernama Raka, Nia, Bayu, dan Dinda memutuskan untuk membuktikan keberanian mereka dengan memasuki terowongan. Dengan hanya bermodalkan senter dan keberanian yang dipaksakan, mereka melangkah ke dalam gelapnya terowongan.
Awalnya, mereka hanya mendengar suara langkah kaki mereka sendiri yang bergema. Namun, beberapa menit kemudian, suara lain mulai terdengar. Tangisan lembut seorang perempuan, perlahan berubah menjadi tawa menyeramkan. Bayu mencoba menenangkan diri dengan berkata, "Itu cuma angin!" Namun, semua berubah ketika senter Dinda mati tiba-tiba.
Dalam gelap, mereka mendengar suara langkah mendekat, diikuti bisikan, "Kenapa kalian datang ke sini?" Ketika mereka menoleh, sesosok bayangan putih berdiri di depan mereka, wajahnya pucat dengan mata kosong yang menatap tajam.
Mereka berlari sekuat tenaga keluar dari terowongan, tanpa berani menoleh ke belakang. Setelah kejadian itu, mereka semua jatuh sakit selama beberapa hari. Hingga kini, mereka tidak pernah lagi mendekati Terowongan Larasati, dan kisah menyeramkan itu menjadi pelajaran bagi siapa pun yang mencoba menantang misteri Bukit Kelam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H