Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Ramadan Sepenggal

Diperbarui: 29 April 2020   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

unsplash.com

Ramadhan tahun ini
Sungguh terasa beda
Ramadhan dikepung pandemi Corona
Sungguh menyesakkan sukma

Bagaimana tidak?
Cermin pagi hanya pantulkan bayang semu
Melati tak lagi wangi memenuhi rongga penciuman
Sang surya bermuram durja
Aroma malam menyebar sunyi pekat
Hanya jangkrik yang masih bisa pecahkan keheningan

Ramadhan di tengah pandemi
Hanya sisa Ramadhan dalam sepenggal
Riuh bocah-bocah tak lagi penuhi masjid
Senyum sapa disalaman penghujung shalat berjamaah
Sudah kian tak terdengar
Hanya bisa pasrah

Kucoba bernegosiasi pada malam menjemput
Bersimpuh luruh menghiba pinta
Hanyut dalam buncah rindu tiada tara
Segenap pinta kembalikan lagi kebersamaan
Kehangatan bersama kembali didamba

Ramadhan terasa sepenggal,
Bagaimana tidak?
Gemuruh takbir tak lagi menggema menyentuh sukma
Tak terdengar lagi lantunan kitab suci mengalir di balik pengeras suara
Sunyi
Senyap
Merenggut syahdunya malam Ramadhan

Meski terasa Ramadhan terasa sepenggal
Namun aroma pandemi tercium akan pudar
Yakin ujian berat ini akan berlalu
Tetap bersabar, syukur, dan patuhi segenap protokol

(Sungai Limas, 29 April 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline