Pada Titik Nadir
Aku tidak sedang membandingkan
Air di atas tungku dalam api panas membakar
Berada pada cakrawala
Sebelum malam tiba
Kita hanya mampu mengira
Temperatur hati manusia
Atau besarnya gelombang samudera
Nadir terombang-ambing di tengahnya
Sementara kompas ditangan
Bingung mencari arah pulang
Di belakang kemudi
Nakhoda memandang langit
Cakrawala berada bergesar pada tempatnya
"Kita sedang mengalami nadir. Kita sedang tersesat."
Rasi bintang berubah
Posisi daratan entah
Waterwordl jangan lagi terjadi
Saat-saat genting
Titik nadir
Bukan air yang sedang mendidih
Bukan tersesat di tengah samudera tanpa arah
Kita sedang berdiri
Dalam ruang sepi
Seorang diri
Jarak-jarak jadi kendai
Kunang-kunang pun mampu menjadi matahari
Lilin kecil dalam temaram cahaya adalah lentera
Bagi hati yang gundah gulana
Aku hanya bercerita
Bagaimana kini semua jadi berbeda
(Sungai Limas, 11 April 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H