Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Atas Nama, Ternyata Kalah oleh Corona

Diperbarui: 24 Maret 2020   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akurat.co News | Satu Corona Satu Komando


Atas Nama, Ternyata Kalah oleh Corona

Engkau adalah asap
Mengepul dari mulut pengisap rokok
Dengan bau yang menyengat
Dari obat nyamuk yang menyebar membunuh satu persatu
Dari bakaran kemarahan akibat kekalahan
Dari gelinding roda kereta api yang terpaksa dihetikan
Dalam ketakutan, bau sangit bakaran

Engkau adalah Chloroquine 25 mg yang mulai langka di pasaran
Harapan penyebuhan dengan efek menyedihkan
Seperti sebuah nyanyian rindu di tengah padang ilalang, tak seorang pun dapat mendengarkan
Masing-masing membangun argumen sendiri
Sesuai yang diyakini

Engkau adalah physical distancing
Jarak satu meter tak membuatmu yakin dengan keselamatan
Diam di rumah lebih aman, kata sebagian besar orang
Jalan-jalan yang biasa sesak dan macet kemudian lengang

Engkau tak pernah menjelma menjadi aku
Aku yang kini sibuk memperbaiki diri
Sembunyi di balik pintu terkunci mati
Hanya jendela tempatku menjenguk sekali-sekali

Aku selalu mengamati jalan
Mengamati perbincangan
Mengamati kedatangan dan kepergian
Pagi yang berubah menjadi siang
Senja yang hilang digantikan malam
Juga tentang bau kotoran kelelawar yang masih segar tercium dari lubang hidung kecilku

Suatu ketika, manakala engkau menjelma menjadi aku
Kita akan bercernin dengan rambut kusut yang selalu lupa kau sisir
Aku dengan kumis dan jenggot yang lupa aku cukur
Pasti sekejap kita akan tersenyum, ternyata aku dan engkau begitu jelek

Sementara setiap hari topeng keindahan memeluk tubuh kita
Kekayaan menjadi raja di atas kepala
Kepandaian menegakkan kedua kaki

Ia adalah corona memporakporandakan segala
Mahluk teramat kecil itu merusak hidup kita
Bagai asap ia menyebar
Bagai Chloroquine ia mempengaruhi
Physical distanting memisahkan kita
Sementara engkau tak pernah menjadi aku
Yang jelata
Yang miskin papa
Yang hari-hari menahan lapar karena tiada
Yang rambut dan jenggot tak pernah tertata

Hanya topeng
Atas nama raja
Atas nama harta
Atas nama kecerdasan manusia
Tersungkur oleh mahluk kecil bernama corona
Alangkah hina, kita
Sayangnya hingga kini tetap lupa

(Sungai Limas, 24 Maret 2020)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline