Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Panggung Pertunjukan dengan Penonton yang Perlahan Pergi

Diperbarui: 23 Maret 2020   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Redaksikota.com | Bakar Keranda Jenazah, PMII Kota Mataram Demo Musnahkan ...


Panggung Pertunjukan dengan Penonton yang Perlahan Pergi

Pertunjukan telah dimulai
Penonton bersorak berkali-kali
Di atas panggung:
Ada bumi kemudian kering
Mengeringkan
Bumi kemudian basah
Membasahi
Daun dan ranting jatuh
Musim gugur datang sesudah musim kering hilang
Bergantian

Tangan Sang Surtadara menggerakkan aksi pertunjukkan terlihat nyata

Angin hitam datang dari kanan
Datang dari kiri
Dari depan
Dari belakang
Dari atas
Dan dari bawah
Mendekati
Dikehendaki atau dijauhi
Memeluk diri

Langit berawan
Arak-arakan badai menakutkan
Langit terang
Panas membakar bau keringat menyebar
Meminta hujan
Meminta dingin dan kesejukkan
Semua dipinta
Terlalu manja
Mereka disebut manusia
Kita salah satu di antaranya

Seperti bumi, daun, ranting, angin, dan kita
Adegan di atas panggung ketika tengah malam
Penonton satu persatu mulai beranjak pergi
Sebentar lagi layar panggung dijatuhkan
Tak ada penonton lagi, kita terkunci dalam peti
Bernama keranda
Kemudian menjadi purba suatu ketika

(Sungai Limas, 23 Maret 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline