Lihat ke Halaman Asli

Air Mata Penantian

Diperbarui: 28 Januari 2020   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka.com | Punya fakta mengejutkan, air mata bukan respon emosi semata ...

Air mata mengaliri pekarangan
lewat tembang kenangan
menerobos dalam jenis masakan
akan aku sajikan

Sapu untuk taman
masih tergeletak salah tempat
beberapa jenis bunga layu dan mati perlahan
sementara tak kuasa melihat

Tumpukan surat tak beringsut dari kotak
kau pinta aku membacanya satu persatu
katanya itu berita darimu
aku ingin segaris senyummu tampak

Lihatlah,
pagar rumah kita
rumput-rumput liar memakan dindingnya
perlahan tak kentara

Aku bisa apa?

Sementara aku masih di sini
mengingat-ingat syair yang pernah kau nyanyikan
bersama dawai sepi
menantimu kembali membawa harapan

(Sungai Limas, 28 Januari 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline