Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Lelaki Separuh Baya

Diperbarui: 12 Mei 2019   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia adalah lelaki separuh baya
Baju koko dan kopiyah rapi, sarung hitam terlipat rapi
Berjalan menapaki malam, gerimis membuat basah sebagian kopiyahnya
Yakin masjid ada di depan cahayanya terang menembus hingga relung terdalam

Tak henti-hentinya membacakan ayat-ayat cinta
Basah bibir basah jiwa
Ingin mendekat pada Penguasa alam jagat raya
Ia hanya seorang diri
Harusnya tinggal di rumah saja
Bersama anak dan istri tercinta
Tidak dilakukannya

Azan subuh dikumandangan dengan merdu berharap ada beberapa jamaah yang datang
Hingga puji-pujian penggiring mentari datang selesai didendangkan
Ia tetap sendirian

Dan pagi pun berjalan sendiri
Ia lelaki separuh baya masih duduk manis pada sajadah panjangnya
Seorang diri
Menyesali mengapa hingga kini tetap sendiri
Dan terus sendiri
Cita-citanya hanya satu, ketika suatu saat tiba dia tidak sendiri lagi
Menanti pagi bersama sahabat-sahabat sejati

Dan lelaki separuh baya tak kuat menahan diri
Ia pergi dan tetap seorang diri
Hingga matahari tergelincir senja
Orang-orang gempar ketika
Lelaki separuh baya tinggal jasadnya

(Sungai Limas, 12 Mei 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline