Lihat ke Halaman Asli

Aku Masih di Sini

Diperbarui: 6 April 2019   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pixabay

Termangu sendiri berteman tiupan angin menabuh dedaunan, sementara mentari malu menampakkan wajah ayunya. Pagi beraroma semerbak melati, mengundang para kumbang berdansa tarian salsa.

Kursi di bawah pohon Akasia saksi bisu, betapa setia aku menunggu. Sekalipun rintik hujan menjarum menyapa mesra, mataku tak berkedip memandang ke arah sana. Bayanganmu selalu datang menjelma di ruang mata.

Aku setia di sini, di musim dingin menunggu pasti. Meski dingin menusuk belulang, dan angin dingin menampar wajah, namun setia kubersimpuh berharap kamu hadir segera.

Patahan rindu tercabik sendu coba kutata lagi. Selaksa asa kususun kembali pada ayat-ayat rindu pelaksana hati. Aku bertahan di sini, hanya demi mengharap hadirmu kembali.

Musim berganti, kemarau kasih mengering gersang. Biarkan saja diriku mengeja rerumputan kering, hingga tiap ujungnya menyentuh hatimu. Namun aku masih di sini, hanya menanti siraman kasih penyejuk hati.

(Sungai Limas, 6 April 2019)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline