Lihat ke Halaman Asli

Surat untuk Bintang

Diperbarui: 13 Maret 2019   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Malam ini, tak lelah kugores pada hiasan kertas, dalam selaksa pujian tiada batas. Indah rupamu lembut menawan, hati siapa yang tak tertawan. Wujud indah makhluk ciptaan Tuhan.

Di teras ini kuterkesima. Kerlipan cahayamu menembus sukma, merangkul raga tersedu lirih di ruang hampa. Walau tiada pesan pasti di antara kita, biarlah cukup berjanji di hati saja. Meski suatu hari kita lupa melukis awan, namun teguh menjentikkan hujan.

Sekejap kumendesah. Tak cukup rangkaian kata mewakili segenap puji, untuk dipersembahkan pada bintang setia berdikari. Ucap lisanmu tak penah ingkar janji, rangkul jiwa-jiwa kosong jadi terayomi. Raga rapuhpun segar kembali.

Sekali lagi kutatap langit. Acapkali gulita mencengkram nurani, tegas menghempas bagai tirani. Hadirmu patahkan gulita yang merantai sepi, tutur lisanmu lembut ajak untuk kembali, menuntun pada sebuah refleksi diri.

Dan malam pun berlalu. Biar bulan enggan menemani, surat ini tetap kami titipkan di sudut malam. Sosokmu bintang sudah tak bermisteri, hingga jiwa kami menunggu di ujung hari. Desah rindu ini tanpa emosi, di setiap abjad malam kami menanti.

(Sungai Limas, 13 Maret 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline