Aku adalah guru, setiap pagi bergelut embun. Sudah tak terhitung jumlah hujan menderas, dan tak terhitung jumlah tetesan keringat mengucuri badan.
Aku adalah guru, setiap pagi bergelut mesin sepeda motor tua. Sudah tak terhitung berapa kali mesin motor merajuk, dan sudah tak terhitung jumlah bengkel yang aku singgahi.
Aku adalah guru, sudah berapa kali mendapatkan hinaan dari siswa. Siswa jaman sekarang telah banyak tingkah, mata guru melotot juga dibalas melotot. Lidah guru seakan sudah tak bertuah lagi.
Aku hanyalah guru, senantiasa belajar untuk selalu memaafkan kesalahan siswa. Coba tersenyum meski hati tercabik perih, dan coba tetap berkata bijak di tengah kenakalan siswa.
Aku hanyalah manusia biasa, tak selalu bisa menahan perasaan. Berusaha tegar bergelut embun, mesin tua, dan antrian bengkel. Aku sadari, aku hanyalah guru yang tak sempurna.
(Sungai Limas, 16 Februari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H