Lihat ke Halaman Asli

Di Sudut Kamar yang Sunyi

Diperbarui: 18 Mei 2017   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

Rintik hujan seolah bermelodi
Perlahan menjarum dan akhirnya menderu
Mengetuk-ngetuk daun jendela
Bak membisikkan suatu perasaan

Hujan ini adalah penemannya
Seolah menderu dan menusuk relung jiwa
Ada segumpal sesak yang ingin ditumpahkan
Ada luapan rasa yang ingin diungkapkan

Sesosok tubuh bersandar menyepi
Seakan tiada bergeming dalam derunya hujan
Wajah tertunduk lemah gelisah
Air muka yang tak tampak dalam pandangan

Ada butiran bening mulai menjalar
Dari sudut kedua matanya
Menyusuri kedua pipi hingga ke dagu
Gemuruh isak yang coba ditahan

ALLAH ...
Kedua bibirnya mulai berbisik lirih
Sebuah nama yang selama ini asing
Tiada pernah terlantun dan tiada dihiraukan
Gelombang sesal yang kian melanda

Ingin menoleh ke atal langit pekat
Namun tak berani menatapnya
Tiada bergeming di sudut kamar yang sunyi

Gumpalan isak kini mulai pecah
Awan sesal bergelayut dipelupuk matanya
Segala dosa silam tak mau ibadah
Apalagi kenal dengan nama ALLAH

Hanya bisa bersimpuh di atas sajadah
Menangis, meratap akan segala khilaf
Yang selama ini leka dengan dunia
Tersungkur layu di sudut kamar yang sunyi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline