Lihat ke Halaman Asli

Ekri Pranata Ferdinand Baifeto

Timor Tengah Selatan

Indonesia Terserah: Antara Baju Baru, Nyawa, dan Paramedis

Diperbarui: 23 Mei 2020   03:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Terserah

"Indonesia Terserah" sedang ramai digaungkan di tengah masyarakat. Tagar yang sama juga memenuhi media sosial.

Kalimat "Indonesia Terserah" muncul lantaran kondisi yang terjadi saat ini. Mulai dari rencana pemerintah mengeluarkan aturan pelonggaran PSBB hingga masyarakat yang tidak patuh pada aturan yang diberlakukan.

Situasi saat ini banar-benar miris dan dilematis. Pasien terinfeksi Corona terus meningkat, sedangkan masyarakat butuh bekerja untuk makan dan sebagainya. Di sisi lain para petugas kesehatan mulai kewalahan bahkan tidak sedikit yang turut menjadi korban demi menolong pasien Covid-19.

Menjelang hari raya Idul Fitri, pemerintah melonggarkan masyarakat untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga yang diperlukan. Alih-alih berbelanja kebutuhan rumah tangga seperti sembako, masyarakat justru menyerbu toko pakaian. Parahnya adalah masyarakat yang berbelanja benar-benar keras kepala!

Pihak toko mengijinkan masyarakat berbelanja dengan syarat harus antri dan jumlah pengunjung dibatasi. Akan tetapi aturan tersebut malah diabaikan. Masyarakat bahkan tidak mengindahkan protokol physical distancing yang dianjurkan. Akhirnya pengunjung pun beramai-ramai berjubelan masuk dan berdesak-desakan di dalam toko untuk berebut baju baru.

Kejadian ini mendapat sorotan dari pemerintah maupun pihak medis. Tidak sedikit yang menyayangkan bahkan mengecam tindakan ini.

Entah apa yang merasuki orang-orang ini sehingga berlaku demikian. Tindakan ini sungguh benar-benar egois. Di saat banyak pihak tengah berusaha memutus rantai penyebaran Corona justru ada saja segelintir orang yang menambah masalah.

Masyarakat seperti tidak mempedulikan keselamatannya. Sepotong baju lebih berharga dibandingkan dengan nyawa. Orang-orang yang demikian tidak memiliki rasa empati sama sekali. Indonesia terserah, masyarakat terserah, dan keselamatan diri pun terserah!

Mari berpikir dari sisi yang lain. Paramedis sebagai ujung tombak yang sedang berjuang telah banyak berkorban. Mereka juga lelah dengan kondisi saat ini. Keluarga ditinggalkan bahkan tidak sedikit yang menjadi korban di "medan perang". Masihkah kita egois bertindak sesuka hati?

Apapun tindakan teledor yang dilakukan akan barakibat fatal. Konsekuensi itu bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi juga membebani pihak lain seperti paramedis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline