Lihat ke Halaman Asli

Ekri Pranata Ferdinand Baifeto

Timor Tengah Selatan

Natal: Esensi dari Sebuah Kesederhanaan

Diperbarui: 25 Desember 2019   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cantik.tempo.co

Melalui tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman berbagi sukacita Natal yang sederhana.

Hari selasa, 24 Desember kemarin saya pergi keluar untuk membeli beberapa kebutuhan saya. Saat itu sedang turun hujan. Saya ingin membeli buku, alat tulis dan beberapa kertas warna.

Saya lalu pergi ke toko alat tulis langganan saya karena toko tersebut cukup lengkap, sebut saja toko M, salah satu toko alat tulis di kota Bandung.  Namun saat tiba di sana ternyata toko tersebut tutup alias libur.

Akhirnya saya pulang. Saya kemudian mampir di salah satu Alfamart dan juga satu toko alat tulis lainnya tetapi apa yang saya butuhkan tidak ada di sana.

Di tengah jalan pulang, tiba-tiba saya ingat bahwa masih ada satu toko kecil yang belum saya datangi. Toko tersebut searah dengan arah jalan pulang ke rumah saya. Akhirnya saya pun mampir di toko tersebut.

Pelayan sekaligus pemilik toko tersebut adalah seorang Ibu berusia kurang lebih 60 tahun. Melihat ornamen hiasan di dalam toko tersebut saya berkesimpulan bahwa Ibu pemilik toko ini beragama Kong Hu Cu. Saya lalu menanyakan kebutuhan yang ingin saya beli dan ternyata semuanya tersedia di toko tersebut.

Ibu pemilik toko ini menyambut saya dengan baik. Melihat saya kehujanan, dia pun menawarkan untuk membungkus semua belanjaan saya dengan plastik. Saya pun menerima tawaran ibu tersebut dengan senang hati.

Setelah membayar saya lalu mengucapkan terima kasih dan langsung pergi. Tiba-tiba saya ingat kalau hari itu adalah tanggal 24 Desember. Saya kemudian berbalik kembali ke depan etalase toko tersebut dan dengan tersenyum saya mengatakan ke Ibu itu, "Selamat Natal Bu".

Ibu itu begitu terperanjat kaget. Raut wajahnya tiba-tiba berubah. Dia memandang saya cukup lama seakan tidak percaya bahwa ada pelanggan yang mengucapkan selamat natal kepadanya. Dengan senyum yang begitu tulus kepada saya dia membalas "Selamat Natal juga". Saya lalu pergi meninggalkan toko itu.

viva.co.id

Setelah kejadian itu saya terus membayangkan senyum dan respons si Ibu. Saya merenungkan dan bertanya dalam hati, Apakah ini yang namanya berbagi kasih dan damai Natal? Apakah sesederhana ini?

Akhirnya dalam perenungan saya menyadari bahwa merayakan natal tidak harus dengan sesuatu yang spektakuler dan heboh. Tidak juga harus dengan memberi hadiah yang banyak atau kado yang mahal. Natal bisa dimaknai dengan cara yang begitu sederhana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline