Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten yang ini resmi berdiri pada tanggal 20 Desember 1958 dengan SoE sebagai ibukota kabupaten. Daerah ini memiliki luas 3.947 km persegi dan jumlah penduduk 463.980 jiwa dengan tingkat kepadatan 116 jiwa/km persegi (Berdasarkan Data Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2018). Kabupaten TTS diapit oleh tiga kabupaten lain yaitu kabupaten Kupang di sebelah barat, kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) di sebelah utara, dan kabupaten Malaka di sebelah Timur.
Kabupaten TTS kaya akan sumber daya alam. Daerah ini memiliki sumber daya alam berupa hasil laut dan juga hasil bumi. Di sebelah selatan Pulau Timor ada Laut Timor yang menjadi lahan panen ikan yang melimpah.
TTS juga terkenal dengan kesuburan tanahnya. Daerah ini terkenal dengan hasil buminya berupa cendana yang kini tidak banyak lagi ada. Cendana yang dihasilkan sangat terkenal akan aromanya yang sangat harum. Cendana Timor ini bahkan terkenal hingga ke belahan dunia lain. Selain cendana, TTS juga menjadi penghasil komoditas jagung terbesar dan juga jeruk SoE. Hal ini disebabkan karena mayoritas penduduk TTS adalah petani.
Selain sumber daya alam berupa hasil laut dan hasil bumi, TTS juga menyimpan segudang kelebihan yang lain yang belum cukup tereksplorasi dengan baik. Kelebihan tersebut adalah objek wisatanya yang sangat luar biasa dan membanggakan. Destinasi wisata ini terdiri dari wisata alam maupun wisata budaya.
Beberapa destinasi wisata yang cukup terkenal seperti Cagar Alam Mutis, Air Terjun Oehala, Pantai Kolbano dengan batu warnanya yang indah, Pantai Oetune, Desa adat Suku Boti, dan masih banyak objek wisata yang lainnya yang sangat bagus untuk dikunjungi. Semua ini membuktikan bahwa TTS sangat kaya akan sumber daya alam yang melimpah.
Sayangnya, di tengah segala kelebihan ini, Timor Tengah Selatan nyatanya dinobatkan sebagai salah satu kabupaten yang termiskin dan terbelakang. Dikutip dari laman citra-news.com, TTS dinobatkan sebagai kabupaten termiskin pertama di NTT dan kedua di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Bupati TTS, Bapak Egusem Piter Tahun, ST, MM. Data VoxNtt.com juga mencatat hingga tahun 2018 angka kemiskinan di TTS berada pada persentase 29,36 persen. Sungguh sangat menyedihkan mengingat TTS kaya akan sumber daya yang melimpah. Hal ini memudarkan bahkan menjadi kesuraman yang menutupi semua kelebihan di atas.
Berbagai macam faktor menjadi penyebab kemiskinan dan keterbelakangan ini. Faktor-faktor tersebut antara lain: pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berada di bawah standar, tingkat pendidikan rendah, angka putus sekolah yang cukup tinggi, serta masalah-masalah kesehatan seperti tingginya angka kematian bayi, gizi buruk, dan masih banyak masalah-masalah sosial lainnya.
Jika melihat kilas balik (flahback) Timor Tengah Selatan pada era pemerintahan Bapak Piet A. Tallo, SH, sungguh jauh berbeda. TTS merupakan kabupaten yang berkembang dengan pesat. Hal ini menjadi faktor pembanding yang menyebabkan banyak pihak pesimis terhadap pembangunan kabupaten TTS.