Lihat ke Halaman Asli

Ajudan Sontoloyo

Diperbarui: 10 Januari 2019   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Suatu pagi, saya harus menemui kepala Kantor Wilayah sebuah Kementerian di Bandung. Sebagaimana lazimnya menghadap seorang kepala, prosedur dijalani. Mengisi buku agenda tamu dan nunggu giliran.

Entah sudah berapa orang tamu yang menghadap sang kepala. Saya tak sempat melihat daftar tunggu tamu-tamu yang datang saat itu. Ada satu rombongan dari kantor perbankan yang datang menemui sang kepala. Mereka masuk dikawal seorang Kepala Bidang.

Satu jam berlalu, tamu pun satu persatu pulang. Saya masih tetap duduk di pojok ruang tamu menunggu giliran.

Tak terasa waktu tunggu sudah 2 jam, tapi belum ada tanda-tanda panggilan. Gerombolan perbankan tadi sudah lama keluar dari ruangan, lagi-lagi saya belum juga dipanggil.

 Sang ajudan, --tak terhitung sudah berapa kali keluar masuk ruangan kepala-- terlihat sibuk, me-nenteng map dan berkas yang harus diteken sang big boss.  

Menunggu adalah aktivitas yang membosankan. Untuk menghilangkan boring, saya coba browsing di internet, telpon-telponan just say hallo, dan berkirim sms. Entah sudah berapa sms, berapa situs yang dikunjungi dan berapa rekan yang ditelpon, masih belum juga mendapat giliran masuk.

Menjelang shalat dhuhur, ajudan memberi  tahu bahwa di dalam ruangan sang kepala ada orang dari inspektorat.

"Antosan sakedap, di ruangan bapak aya anu ti inspektorat (tunggu sebentar, di ruangan Bapak lagi ada orang dari inspektorat-red)" begitu ibu ajudan memberi penjelasan.

Hampir empat jam saya menunggu. Kesal dan membosankan. Tapi mau gimana lagi, saya harus ketemu kepala kantor.

"If there is a will,  there is a way" begitu dalam benakku. Akhirnya, dengan bantuan "telpon ghaib" dan bisikan spiritual, saya nyelonong masuk tanpa diketahui sang ajudan.

Di dalam ruangan, ternyata orang inspektorat itu tak ada batang hidungnya. Bullshit !!! Ternyata sang ajudan ngawadul. Dalam hati, saya maki-maki. "Ajudan Sontoloyo, Inspektorat Gundulmu !!!".- ***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline