Lihat ke Halaman Asli

Eko Windarto

Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

Preman dan Corona

Diperbarui: 17 Juli 2024   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar dokpri 

Oleh: Eko Windarto 

Wabah virus corona telah sampai ke desa Kebalen yang terletak di lereng gunung Banyak. Sebelum puncak gunung Banyak dijadikan tempat paralayang, dulunya desa Kebalen adalah terkenal dengan nama desa para preman karena hampir semua para lelaki mudanya merantau ke kota. Kebanyakan dari mereka bekerja jadi preman. Salah satunya Mampir menjadi kepala preman di kotaku.

   Di musim pandemi ini banyak dari mereka pulang kampung karena takut terpapar virus corona. Ada juga dari mereka yang gak bisa bekerja seperti biasanya karena lockdown. 

Sekarang orang-orang di desa Kebalen itu merasa gelisah karena anak-anak mereka yang pulang dari kota dicurigai membawa virus corona. Dulu masyarakatnya yang hidup saling membantu dan bergotong-royong, sekarang saling mencurigai. Kalau ada yang batuk sedikit saja langsung disuruh isolasi mandiri di kamar sendiri. Kerja membajak atau mencangkul ke sawah saja diharuskan memakai masker.

   Pada musim corona ini, masyarakat desa Kebalen sedang musim panen buah manggis. Biasanya mereka menjual semua hasil panennya, tapi sekarang dijual hanya 70 persen saja karena yang 30 persen untuk dikonsumsi keluarganya sendiri. Mereka mengetahui kalau buah manggis mengandung vitamin C dan antioksidan, serta bermanfaat untuk kebugaran tubuh, meningkatkan kekebalan tubuh. Mereka juga sangat yakin bahwa vitamin C dan serat di dalam buah manggis merupakan faktor penting untuk membangun sistem imunitas tubuh yang baik.

Input sumber gambar dokpri 

Akselerasi kekuatan otot dan nafsu para preman yang membara seperti api tiba-tiba melorot oleh hentakan virus corona yang tak terlihat. Mereka ikutan mengencangkan ikat tali pinggang di dalam ruang dan waktu yang tak bisa ditebak nalar para preman. Jangankan preman bisa menebak akhir pandemi, sedang para kapitalis pun tak berkutik dibuatnya, alias ambyar!

Covid 19 datang seperti bom meluluhlantakkan ekonomi global, membuat ketakutan semua orang termasuk para preman berotot kawat bertulang besi. Itu terlihat pada kecemasan dan ketakutan Mampir kepala preman di kotaku. 

   " Mampir, ayo kita lihat teman-teman di pasar atau teman-teman yang parkir di bank-bank itu," ajak anak buahnya yang tiba-tiba muncul mengagetkan Mampir.

   " Gaklah." Jawabnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline