Lihat ke Halaman Asli

Pemuda Tulang Punggung Pencegahan Terorisme

Diperbarui: 20 Desember 2015   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di zaman serba digital sekarang ini, kelompok radikal terorisme memanfaatkan kecanggihan fitur sosial media untuk regenerasi yaitu merekrut anggota baru dari berbagai belahan dunia.

Ya sosial media yang sedang tren dan digandrungi semua kalangan ini dijadikan kendaraan bagi kelompok militan terorisme, salah satunya ISIS untuk menyebarkan ideologi dan propagandanya. Selain menyebarkan paham kekeradan dan kebencian melalui sosmed, seperti youtube, facebook, twitter, mereka juga berusaha menjaring para anggota baru melalui kecanggihan teknologi informasi ini.

Seperti kita tahu, pengguna internet aktif di dunia ini mayoritas adalah kalangan muda. Mereka dengan fasih dan mudah mengakses berbagai informasi melalui internet, termasuk informasi propaganda yang ditebarkan jaringan teroris. Alhasil, mereka rentan sekali dipengaruhi paham yang notabene bertentangan dengan nilai luhur Pancasila.

Sedikit kilas balik, dahulu, calon anggota teroris direkrut melalui proses panjang, bertemu, tatap muka langsung, dilatih perang, dan memakan waktu lama. Sekarang, perekrutan jaringan teroris sudah lebih canggih, melalui media sosial yang terhubung ke internet. Tanpa bertemu langsung, perekrut jaringan teroris bisa dengan mudah mencari mangsa para pemuda.

Maka kiat harus menyadari ancaman nyata pada pemuda saat ini. Kita tentu berharap pemuda Indonesia tak menjadi korban dari kelompok jaringan terorisme. Karena itu, kita perlu bersama mengajak generasi muda supaya tidak terjebak propaganda terorisme. Mereka harus diberi tahu dan mendapat penjelasan yang benar.

Bagaimana pun pemuda dan masyarakat adalah tulang punggung deteksi dini pencegahan teroris. Maka semua lapisan masyarakat, khususnya pemuda perlu bersama-sama melawan kelompok-kelompok teroris di negeri ini.

Benar. Semua pihak perlu dirangkul dalam upaya deteksi dini penyebaran maupun perekrutan teroris. bersama saling memahami bahaya penyebaran paham radikal teroris. Kerja sama itu penting. Kita harus menyamakan persepsi, untuk bersama-sama melakukan pencegahan teroris.

Sekali lagi, seluruh elemen masyarakat harus mewaspadai sistem perekrutan teroris melalui media sosial. Kita tahu, kelompok ISIS semakin hari semakin meresahkan. Mereka menghasut, melakukan propaganda, dan terus berusaha melebarkan sayap hingga ke Indonesia

Satu hal lagi, sebaiknya pemerintah tidak tergesa-gesa memblokir situs-situs yang ditengarai dari jaringan teroris. Justru dengan melihat situs itu bisa dipelajari perkembangan yang terjadi, meski melalui dunia maya. Artinya, jngan diblokir situs yang mengatasnamakan Islam. Kita bisa pelajari pergerakannya, dan lakukan pencegahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline