Lihat ke Halaman Asli

Eko Triyanto

Penikmat Sejarah

Marah Tidak Selalu Jadi Cermin Ketegasan

Diperbarui: 5 Februari 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Marah, setiap orang pasti pernah melakukannya. Dengan beragam intensitas yang berbeda. Marah kepada siapapun yang dianggap pantas untuk dimarahi. Biasanya, orang lebih mudah marah kepada pihak lain yang berposisi di bawah 'kekuasaannya'. Seorang bos kepada karyawannya, seorang pejabat kepada stafnya, seorang majikan kepada pembantunya, seorang suami kepada istrinya, atau sebaliknya.

Marah bisa jadi adalah bentuk rasa perhatian, jika itu berupa nasihat untuk perbaikan. Hanya caranya saja yang mungkin harus dengan marah. Marah bisa karena rasa frustasi, tidak ada lagi cara yang lebih bijak untuk bertindak kecuali marah. Kehabisan pilihan untuk bertindak. Seorang guru marah kepada muridnya, bisa jadi adalah bentuk rasa sayang agar muridnya menjadi orang yang baik.

Marah, bisa jadi adalah bentuk luapan emosi. Luapan kekecewaan atau semacamnya. Bisa pula sebagai hukuman atas kesalahan yang dilakukan. Seorang pejabat marah kepada staf atau bawahannya karena kecewa anak buah tidak bisa bekerja dengan baik. 

Terkadang orang marah agar terlihat berwibawa, karena tidak lagi memiliki kewibawaan. Mungkin juga orang marah karena ingin bersikap tegas. Jika menasihati dengan marah, tentu ada beragam kemungkinan. Anak buah berubah tetapi tetap menyimpan 'dendam' karena pada dasarnya mungkin tidak ada orang yang suka dimarahi, meskipun ia salah. 

Apalagi menasihati dengan kemarahan di depan publik, di depan wartawan dengan sorotan kamera yang kemudian disiarkan untuk ditonton jutaan orang. Ketegasan macam apa yang akan diwujudkan dengan kemarahan?

Orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan marah, ketika ia berkuasa untuk marah. Karena sejatinya, kemarahan bukan satu-satunya cermin agar seseorang terlihat berwibawa dan memiliki ketegasan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline