Oleh; Eko Windarto
Gaya hidup minimalis telah menjadi perbincangan yang semakin populer di masyarakat modern saat ini. Ketika kita melihat kembali sejarahnya, konsep minimalisme bukanlah sesuatu yang baru.
Sebenarnya, akar dari gaya hidup ini bisa ditelusuri kembali ke berbagai tradisi dan filosofi seperti Zen Buddhism, filosofi Feng Shui, serta pengaruh dari para arsitek terkemuka seperti Ludwig Mies van der Rohe dan John Pawson.
Gaya hidup minimalis tidak hanya sekadar tentang memiliki sedikit barang atau furnitur di rumah, tetapi juga mencerminkan cara berpikir hidup sederhana.
Konsep ini menekankan pentingnya fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan memberikan nilai tambah bagi kehidupan seseorang. Menjalani gaya hidup minimalis, individu dapat merasa lebih tenang, bahagia, dan puas dengan apa yang mereka miliki.
Filosofi Minimalisme dalam Zen Buddhism
Salah satu akar dari gaya hidup minimalis dapat ditemukan dalam ajaran Zen Buddhism. Buddhisme Zen mengajarkan konsep kesederhanaan, kehadiran saat ini, dan pemusatan pikiran.
Para penganut Zen menghargai keberadaan di sini dan sekarang, tanpa terlalu terikat pada kenangan masa lalu atau kekhawatiran akan masa depan. Mereka menyadari bahwa kedamaian sejati dapat ditemukan dalam kesederhanaan, tanpa keinginan yang berlebihan atau obsesi terhadap barang material.
Dalam praktik meditasi Zen, seseorang diajarkan untuk membebaskan pikiran dari gangguan dan distorsi dengan fokus pada "sekarang" dan melepaskan diri dari keinginan yang tidak perlu.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam gaya hidup minimalis dengan cara meminimalkan barang-barang yang dimiliki, mengurangi keinginan konsumtif, dan fokus pada hal-hal yang memberikan kebahagiaan sejati.
Pengaruh Feng Shui dalam Gaya Hidup Minimalis