Lihat ke Halaman Asli

Untuk Siapa Ujian Nasional

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Minggu minggu ini adalah minggu yang menyiksakan bagi orang tua dan murid yang mengikuti ujian nasional ( UN ), memaksa anak berfikir keras dengan banyaknya hafalan yang harus di ingat agar nilai ujian tidak buruk atau jatuh. Les privat di guru guru, bimbingan belajar yang buka non stop serta try out – try out seperti hidangan penutup yang harus disantap siswa setiap minggu. Harap harap cemas membayangi ketika hasil try out sudah terlihat jatuh entah apalagi yang perlu dilakukan. Bisa dibayangkan betapa streesnya siswa, guru dan orang tua kerja keras belajar tiga tahun akan dinilai dengan ujian atau entah test yag tidak ada fungsinya.

Rezim test yang sudah dianut pendidikan kita tidak menambah nilai atau daya saing siswa akan kemampuan bernalar dan berlogika dengan baik. Tujuan dari pembelajaran bukannya hasil akhir tapi keluaran atau out put pendidikan yang berkwalitas dan kristis akan dunia luar yang dalam arti sebenarnya kehidupan bermasyarakat. Sumbangsi pendidikan dapat meningkatkan nilai dan aspek keingintahuan lalu disusul dengan solusi bagi keadaan yang dia temukan di masyarakat. Hingga terbangunlah konsep pendidikan sesungguhnya yakni memberi bekal pelajaran sekolah yang bermanfaat bagi kehidupan dan Berharap rezim ujian nasional dapat berkahir di tahun ini. Bimbingan belajar tutup serta ada perbaikan pelatihan pengajaran yang bagus untuk guru guru dari pemerintah.

Diasia indonesia tidak sendiri dalam berkiblat ke pendidikan denganhasil test. Salah satunya korea selatan dan negara tesebut telah dan akan merevisi pola pendidikan gila test. Mengapa mereka merevisi salah satunya menjadikan budaya pendidikan korea selatan yang tinggi tingkat stresnya. Bisa dibayangkan siswa mulai belajar 8.00 sampai dengan 4.10 dengan waktu makan siang dan break 10 menit tiap mata pelajaran. Dilanjut bersih bersih kelas 30 menit dilanjutkan latihan soal soal ujian masuk perguruan tinggi. Makan malam dikantin setelah itu belajar bebas mengulang baca catatan sampai jam 9. Lepas jam 9 siswa akan lanjut belajar ke bimbingan belajar (Hagwons ) dan akan pulang kerumah jam 11 malam. Dan esoknya harus kembali kesekolah.

Kejadian diatas menggambarkan mengapa korea selatan pendidikannya mencapai hasil yang tinggi di PISA bukan di karekan oleh sekolah atau guru namun karena bimbingan belajar ( Hagwons ). Siswa lebih menghargai guru di bimbingan belajar karena lebih penting untuk dapat sukses masuk ke PTN terkenal. Belajar di PTN terkenal dipandang sangat terhormat di korsel. Budaya pendidikan seperti di korsel memberikan dampak negatif pada tinggi tingkat stres siswa hingga mentri pendidikan lee jun ho mengatakan bahwa sistem pendidikan kami menciptakan monster dan peringatan bagi negara negara lain untuk tidak meniru system pendidikan mereka.

Lee jun ho tidak sekedar berseloroh mengingat ada kejadian penting dimana ada siswa korsel bernama Ji menikan sendiri ibunya sampai tewas karena tidak ingin test terakhisnya yang buruk diketahui ibunya pada saat ada pertemuan orang tua dan guru. Pertanyaannya apakah Ji mempunyai nilai yang buruk, tidak dia adalah rangking 1 disekolah namun ibunya menuntut lebih agar selalu nomer 1, jika nilai Ji turun maka ibunya akan memukul dan menghukum menunda makannya. Bercermin dari kejadian tsb mendik korsel secara terang terangan mengatakan sistem pendidikan merka segera dirubah dan system pendidikan ala filandia menjadi banchmark reformasi pendidikan koreas selatan

Jika sekarang kita dengan mudahnya menilai UN sebagai syarat mauk PTN dan jadi indeks kompetensi sekolah bukan sebagai pemetaan pendidikan kita kedepannya makas setiap tahun kita akan mengalami musim stres bersama yang berdampak buruk pada kesehatan fisik dan emisional sehingga akan menghasilkan siswa yang selalu ketakutan, kegelisahan, bingung dan meraskan perasaan terperangkap dalam beban hidup yang berat. Lambat laun kita akan menghasilkan pendidikan ala kadarnya yang bertumpu pada hasil ujian atau hasil test

Mari kita mulai meniggalkan metode hasil ujian atau test dengan meningkatkan kwalitas guru dalam hal memberi pemahaan pelajaran yang secara sederhana dapat di olah siswa dan mempercayai hasil guru dari pada ujian nasional. Saat dunia lain berusaha menghilangkan fokus berlebihan pada hasil test megapa kita malah menuju ke arah sebaliknya. Ujian nasional bukan merupakan tujuan pendidikan kita yang hanya diukur oleh kinerja kepala daerah dengan menjadikan anak anak menjadi angka statistik bagi nama baik daerah. Proyek pemerintah daerah yang wajib dan harus dilakukan dengan mengingkatkan kwalitas dan martabat guru dalam arti sesungguhnya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline