Lihat ke Halaman Asli

Eko S Nurcahyadi

Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Jadikan Puasa Ramadan 2020 sebagai Titik Balik Kesalehan

Diperbarui: 17 Mei 2020   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ceramah acara pudunan warga Lemahsari Lemahireng Bawen dok Eko S Nurcahyadi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Audhubillahi minasysyaithonirrojim. Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil alamin.
Wabihi nastainu 'ala  waumuriddunyaddiin. Wassolatu wassalamu 'ala asrofil anbiyaa'i wal mursalin. Wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in.
Qolallahu ta'ala fil kitabihil karim wahuwa asdaqul qo'ilin..
Audhubillahi minasysyaithonirrojim. Bismillahirrahmanirrahim
Yaa ayyuhalladzina amanu kutiba'alakumussiyamu kama kutiba alalladzina minqoblikum la'allakum tattaqun.

Para hadirin, para pembaca yang dirahmati Allah SWT.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, hidayah dan inayahnya. Sehingga pada kesempatan ini kita bisa berkumpul dan bersua secara virtual dalam rangka berbagi ilmu dalam suasana Ramadan yang indah ini.

Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, dengan penuh harap dhahiran wa bathinan atas limpahan syafa'at nya di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.

Para hadirin dan pembaca yang dimuliakan Allah SWT.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai mahluk paling sempurna sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tin yang berbunyi:

Laqod kholaqnal insaana fi ahsani taqwim.
(Sesungguhnya telah Aku jadikan manusia dengan sebaik-baiknya ciptaan).

Kesempurnaan itu tercermin dalam kelengkapan dimensi dalam diri manusia.  Jasmani - rohani, lahir - batin,  jiwa - raga, bashariyah - insaniah, jasad - ruh, akal dan perasaan.

Kompleksitas sebagai representasi dua hal berpasangan tersebut juga banyak dibabar oleh ulama salafus salih yang bisa kita akses melalui berbagai riwayat dan juga dokumen intelektual berupa kitab-kitab klasik yang hingga kini masih banyak dikaji di pesantren dan dijadikan inspirasi kehidupan pribadi, sosial dan keagamaan masyarakat luas.

Saudara-saudaraku yang saya hormati.

Syaikhul Akbar Imam Abu Hamid Al Ghazali dalam magnum corpus -nya Ihya Ulumuddin menuturkan adanya dua dimensi besar dalam diri manusia. Kedua dimensi itu dirinci kemudian diuraikan mendetil sehingga terlihat lebih jelas anatomi bashariyah (raga) dan lebih-lebih anatomi ruhaniyah (jiwa - qalbu) yang menjadi fokus kitab tersebut.

Sedikit gambaran unsur dominan diri manusia itu pada aspek ruhaniyahnya. Untuk melukiskan ruhani manusia Imam Al Ghazali mendefinisikan beberapa bagian aspek ruhani manusia diantaranya : qalbu, sir, fuad, ruh dan nafs. Semua memiliki karakteristik masing-masing walaupun dalam ragam istilah bahasa-bahasa di negeri kita hanya memberi satu konsep: hati.

Nafs sendiri berkembang sesuai penjelasan ulama tasawuf terperinci menjadi setidaknya tiga tingkat hawa nafsu manusia. Tersebut disitu nafsu amarah, nafsu lawamah dan nafsu mutmainah. Dengan penjelasan nafsu amarah nafsu binatang buas dalam diri manusia. Nafsu lawamah nafsu binatang badan besar (kerbau - sapi) dalam diri manusia. Terakhir nafsu mutmainah (nafsu patuh) pada ketentuan Allah SWT. (Munjiyat, karya Syaikh Soleh Darat)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline