Lihat ke Halaman Asli

Eko S Nurcahyadi

Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Kisah Sarung di Bawah Jok Motor Elba

Diperbarui: 14 Mei 2020   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarung bawah jok dok Eko S Nurcahyadi

Pagi itu Elba Sakti Perdana tengah bersiap menuju suatu tempat pertemuan para aktivis mahasiswa pada sebuah kampus di kota kecil Salatiga. Melihat perbekalan yang dikemasnya seakan banyak lokasi yang akan disambangi.

Satu rangsel penuh itu berisi beberapa buku referensi penting beratus-ratus halaman, kertas-kertas kerja, surat-surat resmi dan seperangkat alat tulis berupa mesin ketik portabel.

Selain itu tak pernah lupa Elba selalu menaruh selembar sarung yang ditaruh dibawah jok motor kesayangannya. Sarung itu menjadi simbol satu-satunya kesetiaan yang tersisa pada wasiat tak langsung guru ngajinya untuk selalu menjaga kesucian solat lima waktu.

Dengan motor butut Honda Astrea Prima 93 Elba memilih jalur jalan besar menuju camp tempat kawan-kwannya berkumpul merundingkan banyak hal terkait kegiatan mahasiswa.

Di tempat itu sudah ada beberapa aktivis yang sedang duduk-duduk melingkar tak beraturan sambil mengepulkan asap rokok murah tanpa merk biasa dikonsumsi masyarakat bawah.

Sayup-sayup mereka membicarakan beberapa tema sensitif bagi pemerintah, terutama aparat keamanan. Mereka tampak serius memelototi satu halaman koran daerah mengikuti berita perkembangan kasus pengadilan tokoh pro demokrasi nan vokal dosen Universitas Kristen Satya Wacana Dr. Arief Budiman.

Atas aksi unjuk rasa penolakannya pada hasil pemilihan rektor karena menurutnya cacat moral Dr. Arief Budiman harus berhadapan dengan aparat penguasa. Meja pengadilan pun menjadi arena pembantaian karakter sang dosen yang berjiwa pejuang oleh kaki tangan penguasa.

Tak lama berselang Elba sampai di lokasi berupa rumah sewa dengan tatanan ruang depan luas dipenuhi buku, majalah, buletin serta beberapa jurnal dalam dan luar negeri. Menurut papan namanya terpampang menempel di dinding teras depan rumah tertulis dengan warna menyala  "Yayasan Api Sejati" Salatiga.

 Di tempat yang sederhana itu konon biasa didatangi para dosen dan aktivis tingkat nasional. Beberapa diantaranya bahkan berpendidikan universitas ternama di luar negeri. 

Maklum saja yayasan itu pendirinya adalah tokoh pejuang generasi awal yakni Dr. Arief Budiman yang karena kuatnya idealisme dia memilih mengajar di universitas yang berlokasi di kota dingin dan mungil Salatiga. Seakan ingin menjauh dari jangkauan recokan penguasa.

"Pagi semua kawan, Assalamualaikum!" sapa Elba pada lima orang temannya di ruang tengah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline