Lihat ke Halaman Asli

Eko S Nurcahyadi

Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Hilang tetapi Sebenarnya Tidak Hilang di Ramadan 2020

Diperbarui: 5 Mei 2020   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lengang tadarus Alquran Musala Lemahsari Bawen Semarang dok Eko S Nurcahyadi

Ramadan tahun ini terbilang istimewa.  Dunia yang kelam dirundung duka akibat mewabahnya virus covid19. Ratusan negara termasuk negara-negara besar dan powerfull terdampak baik langsung maupun tidak langsung pandemi virus tersebut.

Di negeri kita sendiri sejak awal Maret 2020 pemerintah resmi menyatakan adanya korban pertama meninggal dunia akibat inveksi virus Corona. Sejak itu jumlah pasien dan data korban meninggal yang ter-update setiap saat terus bertambah memicu sport jantung segenap masyarakat.

Berbagai kebijakan penanggulangan pun kemudian diterapkan melalui beragam protokol yang dikeluarkan otoritas terkait. Berbarengan dengan itu keresahan masyarakat juga makin meluas.

Kegelisahan umum itu terutama disebabkan oleh kekhawatiran terpaparnya mereka oleh virus kategori mematikan karena cara menularnya yang sangat cepat.

Pada sisi lain kegalauan juga timbul oleh bayang-bayang suramnya ekonomi. Bahkan krisis global yang lebih merata menghantui untuk beberapa waktu mendatang.

Lesunya perdagangan, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan anomali pasar segera menjadi pemandangan sehari-hari. Pemerintah pusat dan daerah pun terpaksa melakukan realokasi besar-besaran anggaran negara. Lebih dari 400 triliun rupiah dari pusat disiapkan untuk program mengatasi dampak pandemi Covid19.

Ramadan 2020

Hadirnya bulan Ramadan di musim pandemi ini sejenak menjadi pelipur lara. Masyarakat seakan merasa kembali punya waktu untuk hidup damai dalam zikir dan doa bersamaan dimulainya ibadah puasa.

Jamaah tarawih Ramadan 2019 padat di Musala Lemahsari Bawen Semarang dok Eko S Nurcahyadi

Banyak orang termasuk diri saya sungguh berkeinginan memanfaatkan sebesar-besarnya momen bulan Ramadan untuk kembali menggapai asa yang secara hakiki akan lebih menguatkan hati dan jiwa guna memenangkan pertarungan hidup mati melawan krisis.

Lapangnya dada melalui serangkaian ibadah khas bulan Ramadan, teguhnya hati bersama laku munajat dan doa terasa sangat besar artinya mengubah piasnya muka sesaat menjadi lebih merona.

Harapan itu membuncah terutama ketika membayangkan Ramadan tahun-tahun yang lalu. Di mana segala amalan sunah berjamaah yang mendampingi ibadah wajib terselenggara dengan baik dan leluasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline